Pada titik tertentu, pernah juga terjadi demo di depan Gedung Merah Putih KPK yang mengarah pada tindakan anarkhis. Biasanya ditandai dengan teriakan massa yang masif, memaksa masuk ke gedung KPK, menerobos barisan pengamanan dari Polri maupun pengamanan dalam sampai pada pembakaran spanduk, simbol-simbol tertentu hingga ban. Setelah benda-benda tersebut terbakar, seolah menambah semangat mereka, hingga kadang melewati batas waktu demo, yaitu masuk pada malam hari.
Bahkan seperti yang terjadi demo hari Selasa kemaren, pendemo membawa ratusan tikus-tikus putih dan melempari gedung KPK dengan telur, sebagai sebuah simbol atau pesan yang ingin mereka sampaikan.
Untuk sebuah penyampaian tuntutan, dengan turun ke jalan berupa demo tadi, efektif atau tidak? Ini yang belum pernah dilakukan penelitian atau kajian, seberapa efektif respon dari pihak yang di demo dalam menanggapinya. Khusus untuk demo di depan KPK, obyek atau tuntutannya tidak selalu terkait dengan KPK, bisa jadi kelompok massa daeri daerah A yang meminta KPK untuk menyidik dugaan korupsi kepala daerahnya, atau demo memberikan dukungan moril pada KPK atau sebaliknya meminta KPK untuk lebih reaktif dalam pemberantasan korupsi.
Pada konteks isu terkini, demo yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, menyangkut rangkaian atau buntut "pemberhentian Direktur Penyelidikan KPK", yang merambah pada substansi lain, seperti pembocoran dokumen, dukungan pada Dewas KPK, dukungan pada Brigjen Endar dan isu lain.Â
Mereka yang datang melakukan demo di depan Gedung Merah Putih KPK, seolah hendak berteriak sekencang mungkin agar seluruh Indonesia mendengar bahwa ada permasalahan serius terkait pemberantasan korupsi di negeri ini yang tidak juga kunjung usai. Tentu sangat disayangkan bila KPK yang menjadi tumpuan pemberantasan korupsi, justru menjadi sumber kegaduhan. Energi yang terbuang untuk melakukan demo ataupun merespon demo, seolah menjadi sia-sia. Sampai kapan hal ini terus terjadi?
Salam Anti Korupsi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H