Untuk memperoleh batik baik yang masih berupa kain ataupun yang sudah jadi, pengunjung bisa mengajukan penawaran. Bukan hal yang aneh bila harga yang ditawarkan, turun hingga 20 hingga 30 %.Â
Yang penting, bila sudah ada yang cocok, bisa dicoba, bila pas, tinggal nego harga. Tidak ada istilah "harga tembakan" atau harga "mukul". Selisih harga yang bisa dinego tersebut, masih dalam batas wajar. Semakin banyak barang dibeli, bisa menurunkan harga satuannya.
Bahkan saat Ramadan ini, sedang trend Beli Rp. 100 ribu dapat tiga potong kain, baik model anal-anak, baju santai atau baju tidur/ daster.Â
Pedagang juga siap untuk menyediakan seragam dalam partai besar untuk instansi atau perusahaan, tinggal nego harga setelah menyepakati desain dan motifnya.
Pekalongan sebagai Kota Batik, seolah menyambut semangat untuk menjaga batik sebagai warisa dunia. Ini terjadi setelah batik ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia  oleh United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO) pada 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Batik sekarang semakin digemari oleh beragam kalangan. Maka tidak heran bila mengunjungi Kota Pekalongan, simbol Kotanya adalah canting, yang alat utama untuk membuat batik tulis.
Silakan mampir ke Pusat Grosir Batik Setono Pekalongan saat mudik melewati toll ataupun lewat pantura. Akses-nya mudah dan yang jelas harga yang ditawarkan sebanding dengan kualitas batik-nya.
Salam Dari Kota Batik Pekalongan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H