Pusat perbelanjaan atau dikenal dengan Grosir Batik Setono, Kota Pekalongan terletak di jalur pantura. Saat beberapa tahun silam sedang mulai digarap jalan Toll Jakarta Surabaya, Pemkot Pekalongan meminta agar dibuatkan akses exit toll menuju Grosir Setono tersebut.Â
Sebuah kekhawatiran bila tanpa akses tentu saja akan menenggelamkan keberadaan ratusan pedagang batik di Grosir tersebut.Â
Alhasil, permintaan ini dikabulkan, jadilah kini Grosir Setono menjadi mudah dituju peminat Batik Kota Pekalongan. Dari Exit Toll Kota Pekalongan tinggal lurus sekitar 1-2 Km, sudah sampai di tempat yang kini sudah kembali menggeliat tersebut.
Pada hari-hari libur, apalagi mendekati lebaran seperti minggu-minggu ini, Grosir Setono akan dibanjiri pengunjung.Â
Mereka yang sedang dalam perjalanan Jakarta-Surabaya, tidak ragu untuk mampir ke Pusat Perbelanjaan Batik tersebut. Lebih-lebih bila dilihat dari letaknya Kota Pekalongan menjadi titik lelah perjalanan Jakarta Surabaya.
Jadi, hasrat untuk memborong batik bisa terpenuhi sembari istirahat. Pengelola , kini sudah memperluas lahan parkir, di belakang lokasi, sehingga bisa memuat lebih dari ratusan mobil keluarga maupun bus pariwisata.
Dikutip dari pekalongan.go.id Pasar Batik Setono didirikan tanggal 15 Desember 1941. Awal didirikannya Pasar Grosir Setono adalah untuk menampung pengusaha kecil dan menengah untuk memasarkan produksi batik di Kota Pekalongan karena sebelumnya produksi batik yang berada di Kota Pekalongan justru banyak dijual di luar kota.Â
Pasar Grosir Setono menempati bangunan yang dulunya adalah bekas pabrik tekstil yang sudah lama tidak beroperasi.Saat ini Pasar Grosir Setono merupakan tujuan wisata belanja yang sudah beroperasi sejak awal tahun 2000.
Memasuki area Wisata Belanja, langsung nampak di depan mata deretan lapak atau kios-kios batik yang berukuran antara 3X4 meter, ada yang lebih dari ukuran tersebut bila sudah digabung 2 atau 3 kios sekaligus.Â
Ada lebih dari 600 kios atau toko batik di tempat tersebut. Bisa di bayangkan, mereka menjual Batik, dari yang batik tulis, batik cap, kombinasi tulis dan cap, dengan harga dari Rp. 25.000 sampai Rp. 4.000.000-an.Â
Dari bahan yang biasa hingga premium. Dari model untuk anak-anak, baju tidur, untuk seragam instansi/perusahaan dan banyak motif ragamnya.
Untuk memperoleh batik baik yang masih berupa kain ataupun yang sudah jadi, pengunjung bisa mengajukan penawaran. Bukan hal yang aneh bila harga yang ditawarkan, turun hingga 20 hingga 30 %.Â
Yang penting, bila sudah ada yang cocok, bisa dicoba, bila pas, tinggal nego harga. Tidak ada istilah "harga tembakan" atau harga "mukul". Selisih harga yang bisa dinego tersebut, masih dalam batas wajar. Semakin banyak barang dibeli, bisa menurunkan harga satuannya.
Bahkan saat Ramadan ini, sedang trend Beli Rp. 100 ribu dapat tiga potong kain, baik model anal-anak, baju santai atau baju tidur/ daster.Â
Pedagang juga siap untuk menyediakan seragam dalam partai besar untuk instansi atau perusahaan, tinggal nego harga setelah menyepakati desain dan motifnya.
Pekalongan sebagai Kota Batik, seolah menyambut semangat untuk menjaga batik sebagai warisa dunia. Ini terjadi setelah batik ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia  oleh United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO) pada 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Batik sekarang semakin digemari oleh beragam kalangan. Maka tidak heran bila mengunjungi Kota Pekalongan, simbol Kotanya adalah canting, yang alat utama untuk membuat batik tulis.
Silakan mampir ke Pusat Grosir Batik Setono Pekalongan saat mudik melewati toll ataupun lewat pantura. Akses-nya mudah dan yang jelas harga yang ditawarkan sebanding dengan kualitas batik-nya.
Salam Dari Kota Batik Pekalongan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H