Saat melewati lereng dan kaki Gunung Merapi, yang ada adalah kekaguman dan rasa takdzim kepada yang kuasa. Keindahan Gunung Merapi, bisa menggetarkan jiwa.Â
Betapa Agung dan Maha Indah, Tuhan menciptakannya. Gunung yang menjulang tinggi, dengan barisan pepohonan yang menghijau, sangat memanjakan mata. Terlebih ketika waktu yang bersamaan awan di langit membiru dan ada awan tipis yang berarak perlahan.Â
Saya sempat terpana pada salah satu sisi lereng Gunung Merapi, yaitu di zone Kali Kuning. Di situ ada bekas aliran sungai, dengan pepohonan di kanan kirinya yang menghijau.Â
Ada pos relawan di tempat tersebut dan untuk memberikan kesempatan pengunjung menikmati keindahan, di bangun beberapa spot untuk foto yang dilengkapi dengan fasilitas gardu pandang, tempat duduk maupun media untuk bermain anak.
Pada saat saya mengunjungi Jogjakarta pekan yang lalu, saya sempat juga napak tilas ke kaki Gunung Merapi yang indah tersebut. Tepatnya di desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman Yogjakarta.Â
Mengenal nama Desa Kinarejo, tentu tidak lepas dari sosok Mbah Maridjan yang fenomenal tersebut. Iklan-nya di minuman kesehatan viral pada eranya, di tahun 2010-an.
Ya, erupsi Gunung Merapi di tahun 2010, menjadi prasasti meninggalnya Mbah Maridjan dan puluhan warga lainnya di Desa Kinarejo tersebut.Â
Betapa dahsyatnya erupsi saat itu, di mana Gunung Merapi menyembulkan semburan panas yang dikenal dengan "wedhus gembel", yang bergerak cepat dan menyengat apapun benda yang menghalanginya. Semua terbakar dan hangus.Â
Tidak juga, Mbah Maridjan, Sang Juru Kunci Gunung Merapi, yang begitu patuh dan teguh pada sendiko dawuh junjungan-nya, untuk menjaga Gunung Merapi.Â
Mbah Mardijan, menolak untuk dievakuasi saat alarm tanda erupsi menggema di desanya. Relawan yang membujuknya untuk turun ke desa yang  lebih aman "tidak dipatuhinya.".Â
Bahkan kemudian, relawan terakhir yang terus mencoba untuk membujuk Mbah Maridjan dan warga lainnya, ikut "tersangat" panasnya wedhus gembel. Meski relawan tersebut berada di mobil.
Semua kejadian tersebut terekam dalam museum petilasan Mbah Maridjan. Benda-benda seperti gamelan, sepeda, jam dinding dan perabotan rumah tangga, serta tulang belulang hewan ternak, menjadi saksi bersejarah tersebut.Â
Konon, rumah tempat dulu Mbah Maridjan meninggal diterjang wedhus gembel, sudah direnonasi dan dibangun Masjid Al Amin.Â
Pada hari-hari libur, tempat tersebut menjadi salah satu destinasi paket "jeep adventure" yang disediakan. Mengingat jalan sempit, maka banyak relawan yang berasal dari warga setempat memandu arus pengunjung.Â
Semua dilakukan demi keselamatan dan kenyamanan pengunjung. Ada ratusan jeep adventure, yang bisa di sewa untuk durasi satu jam sampai dua jam, dengan tarif variasi dari 400 ribuan, dengan maksimal 4 orang per jeep-nya.
Ibroh dari sekilas tulisan ini adalah agar kita selalu berdamai dengan alam sekitar. Bagaimanapun situasinya, tetap selalu memosisikan Tuhan sebagai penolong kita.Â
Semoga kita selalu terjaga dalam perlindungan-Nya, di tengah musibah banjir, gempa yang dahsyat seperti di Turki maupun di dalam negeri, tsunami dan sebagainya.
Salam hormat dari Kaki Merapi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H