Mohon tunggu...
Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Bismillah, Menulis Seputar Hukum dan Korupsi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bapak Tua di Medan, Disela Asset Tracking Koruptor

14 Februari 2023   08:16 Diperbarui: 14 Februari 2023   22:43 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ucap Pak Damin meneteskan air mata. Kelihatan sedih dan merana. Tatapan matanya kosong.

" Kalau ada yang bilang banyak anak banyak rejeki, saya tidak percaya. " Ucapnya lirih.

Di lahan tersebut Pak Damin menanam sayuran, jagung dan memelihara ternak unggas. Dari situlah ia bertahan untuk tetap hidup dalam kesederhanaan. Ia tetap Teguh dalam menjalankan kewajiban agamanya. Ini terlihat, saat berbincang, ia baru saja berwudlu, untuk melaksanakan solat dhuhur. Trenyuh sekali melihat profil Pak Damin.

"Rumah" yang ditinggali Pak Damin, sangatlah sederhana. Petakan lahan, yang hanya beratap seng yang sudah tidak beraturan, asal ditumpuk agar air tidak menetes saat hujan. Untuk menghindati serangan nyamuk, ada selembar kelambu tua dan kusam yang terpasang. 

"Dengan adanya kelambu, bisa tidur nyenyak. ", di depan "rumah" tersebut ada kandang ayam. Untuk keseharian, ada saja orang di sekitar yang kadang memberi nasi atau makanan lainnya. Bila kebetulan tidak ada yang memberi, Pak Damin akan mengolah sayuran atau umbi-umbian yang tumbuh di lahan bermasalah tersebut.

Ia, menjadi lebih sedih ketika tahu bahwa bila nantinya lahan yang ia jaga, ia tempati saat ini disita oleh KPK. Ia tidak tahu harus tinggal di mana. Pada ujung pertemuan dengan Pak Damin, sempat saya jabat tangannya dan dua bungkus roti yang tadi sempat saya ambil dari mobil saya berikan padanya. " Hati-hati dan sabar ya Pak. " Ucap saya. Pak Damin hanya mengiyakan dengan anggukan.

Selalu ada saja, orang yang "jahat", mendholimi orang lain yang semestinya mendapatkan haknya. Bahkan anak sendiri-pun tega menjual aset orang tuanya serta membiarkan masa tuanya dalam kesendirian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun