Mohon tunggu...
Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Bismilah, Menulis Tentang Korupsi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bapak Tua di Medan, Disela Asset Tracking Koruptor

14 Februari 2023   08:16 Diperbarui: 14 Februari 2023   22:43 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini, dalam rangka penelusuran aset hasil korupsi perkara yang tengah ditangani, saya berada di Kota Medan, Sumatera Utara untuk beberapa hari. 

Dalam penanganan tindak pidana korupsi, penelusuran aset sangat penting karena berkorelasi dengan asset recovery atau pengambalian aset atas kerugian Negara yang ditimbulkan.

Ketika menyusur aset tersebut, yaitu sebuah hamparan lahan tanah dengan dua sertifikat Hak Milik, dengan luas sekitar 6.000 M2. Didampingi petugas ukur dari Kantor Pertanahan setempat, akhirnya aset yang dicari tersebut sudah nampak di depan mata. 

Lahan terpagari oleh tembok. Ada bekas gudang yang sudah nyaris roboh. Untuk masuk ke lahan tersebut, ada pintu gerbang dari besi yang kokoh. Untunglah ada celah lobang untuk mengisyaratkan agar orang yang di dalam, membuka pintu besi tersebut.

Foto Dokumen Pribadi
Foto Dokumen Pribadi

Benar, ada seorang berusia sekitar 40 tahuan yang membukakan pintu. Menyusul kemudian, ada lelaki tua berusia 80-an tahun yang mendekat. Lelaki yang muda tadi, setelah menanyakan maksud tujuan tamu, menyilakan untuk langsung berbicara dengan lelaki tua, yang disebutkan namanya : Pak Damin. 

Pak Daminlah yang sebenarnya "bertugas"menjaga lahan tersebut. Lahan kini ditanam jagung, yang gagal panen dan dijual untuk pakan hewan ternak. Lelaki tersebut mengaku, mengolah lahan kosong dan memberi makan ala kadarnya Pak Damin yang sudah sebatang kara tersebut.

Ya, Pak Damin, lelaki berusia 80 tahun asal Binjai Aceh tersebut, dengan suara pelan bekisah, bahwa ia sudah 5 tahun ini tinggal di "bangunan ala kadarnya" di sudut lahan tanah. Awalnya, ia diajak anaknya untuk bekerja di lahan tersebut. " Anak saya bilang akan digaji Rp 1,5 juta perbulan. " Namun faktanya, tidak pernah sekalipun digaji sampai sekarang."

Foto Dokumen Pribadi
Foto Dokumen Pribadi

Ironisnya, setelah Pak Damin tinggal di lahan, beberapa bulan ia mendengar tanah rumah yang ada di Binjai sudah dijual oleh anaknya tersebut. Semua anak Pak Damin berjumlah 10 orang. Tiada satupun yang bersedia ketempatan dirinya setelah belakangan ia bekerja dan tidak dibayar.

" Saya tidak mungkin meninggalkan tempat ini, rumah sudah dijual oleh anak-anak dan mereka tidak ada  yang mau bila saya ikut salah satu dari anak saya. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun