Sisi lain yang menarik dari 20 tahun perjalanan lembaga anti rasuah mengabdi pada negeri, terlepas dari bagaimana sepak terjang KPK dipersepsikan penuh dengan intrik, dipenuhi prasangka bahkan ada yang memberi stigma.
KPK tidak murni lagi dalam pemberantasan korupsi, namun sudah ditumpangi oleh misi-misi politis. Ini yang memosisikan KPK berada pada daerah grey-area, daerah abu-abu.
Sebagai bagian dari lembaga anti rasuah, yang mengetahui bagaimana proses sebuah perkara dari awal terditeksinya sebuah dugaan korupsi, yang berawal dari adanya laporan masyarakat.
Kemudian, dikembangkan melalui penyelidikan, dilanjutkan dengan penyidikan lanjut penuntutan oleh Jaksa KPK, tidak habis pikir pada "sebuah" kesimpulan yang dikorelasikan dengan persepsi di atas tadi.Â
Hal ini disebabkan, melihat struktural Pimpinan KPK yang berjumlah 5 orang, sifatnya kolektif kolegil, dimana putusan yang diambil dari hasil kolegial tadi, bukan putusan perorangan.
Asas transparansi dalam perjalan sebuah kasus, juga tidak berada pada satu atau dua pihak, namun sudah melalui tahapan ekspose atau gelar pekara, yang bila dianalogkan, sebuah bola yang digelindingkan pada sebuah tabung kaca, sehingga setiap gulirannya bisa terlihat dan terpantau.Â
Inilah yang kadang, memunculkan sikap skeptis publik pada KPK. Maka, tema Hari Bhakti tahun ini, Mengabdi Tak Henti Untuk Negeri, seolah penuh dengan pesan.
KPK tetap komitmen dalam pemberantasan korupsi dan menempatkannya pada jalur yang benar, on the track, yang bebas dari stigma negative. Semangat ini semoga bisa terwujud, dengan menjalankan proses hukum sebagaimana asas due process of law.
Bilapun tetap ada pandangan kritis pada kinerja KPK, akan menjadi kontrol dan memberikan semangat moril bagi insan KPK yang masih setia pada nilai-nilai integritas.Â
Siapa saja yang ada di KPK dan mengingkari nilai-nilai integritas ini, sudah terbukti "mereka out" dari Gedung Merah Putih.