Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat. (QS. al Baqarah [2] ayat 47)
Sunnah Nabi juga menjelaskan hal ini, sehingga menjadi semakin jelas dan gamblang bagi orang awam yang bodoh sekalipun. Akan tetapi, dikemudian hari perkara ini menjadi sesuatu yang paling asing, ilmu dan fikih dianggap sebagai bid'ah dan kesesatan. Pilihan terbaik menurut mereka adalah mengaburkan antara yang hak dan yang batil. Mereka menganggap ilmu yang wajib dipelajari manusia dan pujian bagi orang-orang yang berilmu hanyalah bualan orang-orang zindik atau gila, sedangkan orang yang yang mengingkari dan memusuhi ilmu serta melarang orang-orang mempelajarinya dianggap sebagai orang yang fakih dan alim.
Landasan kelima
Landasan kelima ini berisi penjelasan tentag wali-wali Allah ta'ala dan perbedaan mereka dengan musuh-musuh Allah ta'ala dari kalangan orang-orang munafik dan orang-orang jahat yang menyerupai mereka. Dalam masalah ini cukuplah kita memperhatikan satu ayat dari surat Ali Imran yakni firman-Nya
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu" Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran [3] ayat 31)
Dan satu ayat dalam surat al Maidah yakni firman-Nya
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (QS. al Maidah [5] ayat 54)
Serta satu ayat dalam surat Yunus yakni firman-nya
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS.Yunus [10] ayat 62)
Kemudian makna wali-wali Allah ta'ala ini dirubah oleh mereka yang mengaku memiliki ilmu dan sanggup memberi petunjuk kepada manusia serta menguasai ilmu-ilmu syariat. Mereka menganggap bahwa wali-wali Allah ta'ala adalah mereka yang meninggalkan teladan para Rasul, sedangkan yang meneladani para Rasul bukan termasuk wali.
Selain itu, menurut mereka, para wali adalah mereka yang meninggalkan jihad, keimanan dan ketakwaan kepada Allah ta'ala. Barangsiapa yang berjihad, beriman dan bertakwa kepada Allah ta'ala, maka dia bukan termasuk wali. Ya Allah, kami mohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan (dari anggapan sesat mereka). Sesungguhnya Engkau Maha Mengabulkan doa.