Sepoi senja menggauli nuraga kuyup selepas rintik. Desiran yang memuai pada 27C di kesempitan bilik yang membelenggu. Raga enggan beranjak jua.
Selepas gerimis senja, aku masih setia dengan ingatan pada raga-raga kaku. 'Mengapa mereka?', gumamku dalam hati. Sebentuk tanya yang kian meruak daya imajinasiku akan sahabat alam.Â
Aku menatap jam dinding yang menempel di dinding. 'Ah.. Selarut inikah aku terjaga'. Insomnia menyiksa raga yang tak kunjung kantuk. Aku mencoba berjalan mengitari bilik sempit ini, berharap lelah segera menjemput dan raga pun bisa rebahan.Â
Pikiranku terusik waktu bangun yang terlalu pagi. Seperti rutinitas yang kini  jadi tradisi. Kedegilan merasuk hati.
Lelah mulai terasa setelah beberapa langkah gontai. Aku lalu membaringkan tubuh, mencoba merayu kantuk. Kupejamkan mata perlahan sambil menghela napas panjang. Namun demikian, pikiranku masih menetap pada berita tentang raga-raga yang tak berdaya itu.Â
             ********
Akhir-akhir ini berbagai media sosial banyak memuat berita sejenis pada hampir semua laman. Setiap hari adalah berita serupa. Berita tentang Covid-19 selalu jadi headline dan trending topik  yang berhasil menarik minat semua reader.. Apa pun isi berita terkait pasti memiliki banyak viewer. Aku termasuk di dalamnya.
Beragam rasa meruak seusai membaca atau mendengar berita yang mewartakan Covid-19 dengan pelbagai arsipnya. Kadang sedih ketika mendapat kabar bahwa begitu "berkuasanya" Covid-19 yang adalah sinonim dari Virus Corona.
Virus ini sangat mewabah hampir di seluruh jagat. Media menyebutnya sebagai virus global. Apa pun alasan dari mewabahnya virus ini belum ada yang dapat memastikannya.
 Isu terkait menyatakan bahwa virus ini lebih berbahaya dari virus-virus sebelumnya. Virus ini membawa kematian. Sudah banyak korban yang terjangkit, dan di antara semuanya tidak sedikit jua yang harus merenggang nyawa. Sungguh sadis dan miris.
Hari ini saya mendapat berita bahwa di tanah airku Indonesia, sudah bertambah lagi yang terjangkit. Setiap hari selalu begitu. Entah sampai kapan...
Sejujurnya, aku begitu simpatik dengan kabar yang menggelisahkan ini. Sebagai insan bangsa, aku ikut prihatin. Mengapa belum jua teratasi?
Beragam tanya inilah yang sangat mengganggu fokusku akhir-akhir ini. Rasa marah meliputi batin. Aortaku menggugat keberadaan ahli medis. Sesekali aku mengutuki asali keberadaan virus ini. Akhirnya aku sampai menanyakan kekuasaan sejati.Â
Akan ada banyak korban bermunculan dan sudah menjadi hal yang lumrah untuk diberitakan. Hal ini bukan lagi menjadi kasus yang mengejutkan. Sebab, banyak alasan yang mengatakan bahwa virus ini akan terus mewabah sampai titik kulminasinya berakhir. Entah kapan, semua hanya menunggu.
              ********
Aku tersentak saat jam dinding mengisaratkan waktu yang hampir subuh. Kelopak kini tak kuasa untuk berjaga. Kantuk pun menguasaiku. Aku merebahkan badan dan terlelap.
Sebelum fajarku selalu begini.Â
Jangan seperti aku.. Istirahatlah yang cukup dan perbanyak refleksi.. Sebab setelah fajar adalah hari baru. Perkuat imun tubuh supaya raga mampu menyudahi datangnya Covid-19..
Salam Positive Thinking...
CH, 4 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H