- PengantarÂ
Cerita rakyat dan legenda yang beredar di setiap masyarakat merupakan cara masyarakat tersebut mengajar generasi berikut mengenai kebijaksanaan hidup. Masyarakat Karo juga memiliki cerita-cerita yang menarik dan memikat hati.
Banyak kisah yang diceritakan sebagai pengantar tidur anak-anak yang semuanya ini mengandung nilai-nilai moral yang baik. Mendongengi anak sebelum anak tidur merupakan cara efektif dalam mendidik dan membentuk karakternya.
Dalam hal ini kita dapat belajar kepada masyarakat Barat yang lebih dahulu melek huruf dan melek bacaan (literasi) di mana buku cerita anak menjadi sebuah kebutuhan dalam rumah tangga yang memiliki anak kecil.
Bahkan kegemaran masyarakat Barat akan sebuah cerita; baik fiksi maupun fabel menjadi bisnis besar dengan diangkatnya kisah-kisah itu menjadi film layar lebar. Dongeng "Cinderella", "Putri Salju", "Beauty and the Beast" sukses memikat jutaan penonton di seluruh dunia.
Pada masyarakat Karo ada banyak cerita yang baik untuk diceritakan kepada anak, misalnya cerita: "Kak Si Tangko Bunga", "Si Laga Man", "Pawang Ternalem", "Si Katak-Katak" dan masih banyak lagi. Berikut ini saya akan mengeksplorasi dua kisah yang secara khusus mengangkat keteguhan hati perempuan untuk berjuang mendapatkan hak dan menemukan kebenaran.
- Beru Ginting PaseÂ
Alkisah di sebuah negeri bernama Gadung Si Mole, memerintahlah seorang raja bergelar Ginting Pase. Seorang raja yang tersohor dan dicintai rakyat sebab dia dapat membawa kemakmuran bagi negeri yang dipimpinnnya. Kemakmuran negeri ini menjadi daya pikat bagi orang-orang dari segenap penjuru datang dan berbisnis negeri tersebut.
Raja dan Kemberahen (Permaisuri) dianugeri seorang putri cantik bernama Medanak yang dapat meramal kejadian yang akan datang. Bahkan bayi yang masih dalam kandungan pun dapat diramalkannya apakah laki-laki atau perempuan.
Melihat keberhasilan dan kekayaan Ginting Mergana timbul niat jahat di hati saudaranya. Dia dan istrinya diracuni kemudian hartanya dirampas oleh saudaranya yang licik itu. Medanak atau kemudian dikenal sebagai Beru Ginting Pase diperbudak dan kemudian dijual ke Negeri Deli.Â
Namun tidak ada orang yang berani membelinya sebab dalam diri anak ini terdapat kekuatan yang luar biasa. Karena tidak ada yang bersedia membeli maka si Beru Ginting Pase ditelantarkan begitu saja.
Singkat cerita Beru Ginting Pase menumpang di rumah sebuah keluarga yang berbelas kasih kepadanya. Kehidupan mempertemukannya dengan Sembiring Mergana dari Seberaya yang hidup terlunta-lunta dan bangkrut setelah kalah berjudi. Kedua insan ini menikah.
Suaminya memulai usaha baru dan atas nasehat Beru Ginting Pase majulah usaha sang suami. Ketika mereka sudah menjadi orang kaya maka timbullah niat Beru Ginting Pase untuk kembali ke kampung halaman dan menuntut kembali haknya atas harta orang tuanya.
Sembiring Mergana membawa pasukan untuk menyerang negeri Gadung Si Mole yang saat itu dipimpin oleh saudara bapaknya. Negeri itu dapat dikalahkan. Beru Ginting Pase menegakkan hukum atas saudara bapaknya dan istrinya.
- Beru Ginting Sope Mbelin
Alhikayat di negeri Urung Galuh Simole, hiduplah seorang tetua kampung bergelar Ginting Mergana yang dapat memimpin dengan baik dan bijaksana. Dia membawa kemakmuran bagi negeri yang diperintahnya.
Namun saudaranya merasa iri kepada Ginting Mergana dan tega membunuhnya. Empat hari kemudian istri Ginting Mergana juga meninggal dunia. Tinggallah sekarang anak perempuannya yang dijuluki Beru Ginting Sope Mbelin.
Sikap dan perlakuan Bapa Nguda (Saudara ayahnya) dan Nande Nguda-nya (istri Bapa Nguda) menjadi penderitaan  berat bagi Beru Ginting Sope Mbelin. Apa saja yang dilakukan Beru Ginting Sope Mbelin selalu saja salah di mata mereka.
Untuk mengambil hati Bapa Nguda dan Nande Ngudanya, Beru Ginting Sope Mbelin membentuk aron (Orang-orang yang sepakat untuk bekerja sama dan bergotong royong mengerjakan ladang atau sawah) yang terdiri dari empat orang anggota: Beru Ginting Sope Mbelin, Beru Sembiring Pandan, Sembiring Mergana dan Karo Mergana. Atas bantuan aron ini terutama sahabatnya Beru Sembiring Pandan, semua pekerjaan Beru Ginting Sope Mbelin dapat diselesaikan. Namun semua itu tetap tidak menyenangkan hati Nande Ngudanya.
Akhirnya Bapa Nguda membawa Beru Ginting Sope Mbelin ke Taneh Alas untuk dijual. Dalam perjalanan menuju Alas, Beru Ginting Pase berjumpa dengan Sebayak Perbesi yang memberinya tanda mata berupa kain.
Demikian pula ia bertemu dengan Sebayak Kuala yang memberikan juga tanda mata berupa kain. Singkat cerita, sampailah mereka di Taneh Alas, dan di pantai terjuallah Beru Ginting Sope Mbelin seharga 250 perak. Bapa Ngudanya segera pulang. Beru Ginting Sope Mbelin dapat melarikan diri dari orang yang telah membelinya.
Dalam perjalanan dia bertemu dengan hewan buas atau ular besar namun tidak satu pun yang mau dan berani memakannya. Hewan-hewan itu takut kena tulah atau kutuk bila makan makanan yang tidak menjadi bagiannya.
Singkat cerita, sampailah dia di sebuah gua di mana tinggal seorang sakti mandraguna bergelar Datuk Rubia Gande. Melihat nasib Beru Ginting Sope Mbelin, orang sakti ini berbelas kasih dan memberinya kasih sayangi.
Suatu ketika, atas bantuan seekor burung bernama Perik Sidanggur Dawa-dawa sampailah seorang pemuda bergelar Karo Mergana anak Pengulu Kacaribu ke kediaman Datuk Rubia Gande.
Karo Mergana meminang Beru Ginting Sope Mbelin untuk diperistri. Datuk Rubia Gande menanyakan kesenangan hati Baru Ginting Sope Mbelin yang setuju akan pinangan itu, demikianlah keduanya menjadi pasangan yang serasi, seia dan sekata.
Saat Beru Ginting Sope Mbelin merasa waktunya sudah tiba, dia meminta izin kepada Datuk Rubia Gande untuk pulang ke kampung halamannya. Dalam perjalanan dia bertemu pula dengan Sebayak Kuala dan Sebayak Perbesi, Beru Ginting Pase tidak lupa mengucap terima kasih dan membalas kebaikan hati keduanya orang tersebut.
Bapa Nguda yang sudah tahu kedatangan Beru Ginting Sope Mbelin ke Urung Galuh Si Mole, dia ketakutan dan menyembunyikan diri di para-para karena malu dan takut. Beru Ginting Pase menjamu Bapa Nguda dan Nande Ngudanya dalam sebuah jamuan makanan besar. Tetapi hukum juga harus ditegakkan, keduanya dihukum berat.
Badan mereka ditanam di bawah tangga rumah, seorang di bagian kenjulu (sebelah timur) Â dan seorang lagi di bagian kenjahe (sebelah barat) sehingga setiap orang yang masuk dan keluar rumah akan menginjak kepala kedua orang jahat itu. Demikianlah hukum kembali tegak di kerajaan tersebut.
- Pesan Moral
Kedua kisah di atas membawa pesan moral yang dapat dijadikan pegangan untuk melakoni hidup baik dalam tata kekerabatan maupun dalam tata kemasyarakatan. Bahwa setiap orang harus melakukan kebenaran, kebaikan dan kejujuran sebab kejahatan pada waktunya akan dikalahkan dan pelakunya akan mendapat hukuman setimpal.
Memperlakukan orang lemah (Perempuan dan yatim piatu) adalah perbuatan tak terpuji apalagi hal itu dilakukan oleh keluarga dekat yang seharusnya melindungi dan menjamin hidupnya. Keserahakan dan iri hati harus dihindari sejak dini.
Sikap hewan-hewan buas di hutan yang tidak mau memakan Beru Ginting Sope Mbelin adalah kritik terselubung terhadap sifat dan karakter manusia serakah yang melihat kaum lemah sebagai korban belaka.
Kita juga diingatkan bahwa selalu ada orang baik yang siap sedia menolong orang yang kesusahan. Ada tokoh seperti Datuk Rubia Gande, atau keluarga yang memberi tumpangan kepada Beru Ginting Sope Mbelin, Sebayak Perbesi dan Sebayak Kuala dan masih banyak lagi. Itu berarti bahwa sejahat-jahatnya manusia ternyata masih lebih banyak orang baik yang siap memberi pertolongan dan berbela rasa kepada orang susah dan menderita.
Secara khusus bagi kaum perempuan ada pelajaran menarik yang dapat dipetik dari kedua tokoh yang hebat seperti: Beru Ginting Pase dan Beru Ginting Sope Mbelin. Bahwa orang yang tahan uji dan tak mau dikalahkan oleh penderitaanlah yang akan menang dan dapat memperoleh haknya. Hanya seorang pejuang yang tangguhlah yang tiba pada garis kemenangan dan berhak untuk itu.
Perempuan bukan makhluk lemah, sebaliknya mereka adalah tokoh-tokoh hebat yang di dalam dirinya ada kekuatan super yang bila sanggup mempergunakannya maka hal itu akan membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Orang-orang seperti inilah yang dapat berpikir bijak dan bisa menjadi pengadil (orang yang tahu mana yang baik dan mana yang buruk).
Perempuan-perempuan tangguh dan perkasalah yang bisa membawa kebaikan bagi kehidupan. Dari kacamata Alkitab kita dapat belajar kepada sosok seperti Debora (namanya berarti lebah) yang bisa memimpin pasukan Israel mengalahkan musuhnya.
Atau seperti Ruth yang dari garis keturunannya kelak lahir seorang Maha Raja Israel, yaitu Daud. Sosok seperti Beru Ginting Pase dan Beru Ginting Sope Mbelin kemungkinan adalah sosok yang dikisahkan dalam Amsal 31 yang dalam bahasa Ibrani dijuluki sebagai: Esyet Khayil yang berarti WANITA PERKASA atau THE VALOROUS WOMAN.
Keperkasaan dalam bingkai pengajaran hikmat kuno ini bukan sekedar tampilan fisik yang kekar dan macho, melainkan keteguhan hati dan sikap juang membela kebenaran dan hak serta kesediaan memenuhi kewajiban dan menepati janji yang sudah diucapkan. Itulah dasar bagi tegaknya hukum di tengah masyarakat dan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H