Mohon tunggu...
Albert Purba
Albert Purba Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Ad Majorem Dei Gloriam

Membahasakan pikiran dengan kata dan aksara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan-perempuan Perkasa dan Tegaknya Hukum dalam Cerita Rakyat

16 Februari 2021   00:09 Diperbarui: 16 Februari 2021   00:23 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suaminya memulai usaha baru dan atas nasehat Beru Ginting Pase majulah usaha sang suami. Ketika mereka sudah menjadi orang kaya maka timbullah niat Beru Ginting Pase untuk kembali ke kampung halaman dan menuntut kembali haknya atas harta orang tuanya.

Sembiring Mergana membawa pasukan untuk menyerang negeri Gadung Si Mole yang saat itu dipimpin oleh saudara bapaknya. Negeri itu dapat dikalahkan. Beru Ginting Pase menegakkan hukum atas saudara bapaknya dan istrinya.

  • Beru Ginting Sope Mbelin

Alhikayat di negeri Urung Galuh Simole, hiduplah seorang tetua kampung bergelar Ginting Mergana yang dapat memimpin dengan baik dan bijaksana. Dia membawa kemakmuran bagi negeri yang diperintahnya.

Namun saudaranya merasa iri kepada Ginting Mergana dan tega membunuhnya. Empat hari kemudian istri Ginting Mergana juga meninggal dunia. Tinggallah sekarang anak perempuannya yang dijuluki Beru Ginting Sope Mbelin.

Sikap dan perlakuan Bapa Nguda (Saudara ayahnya) dan Nande Nguda-nya (istri Bapa Nguda) menjadi penderitaan  berat bagi Beru Ginting Sope Mbelin. Apa saja yang dilakukan Beru Ginting Sope Mbelin selalu saja salah di mata mereka.

Untuk mengambil hati Bapa Nguda dan Nande Ngudanya, Beru Ginting Sope Mbelin membentuk aron (Orang-orang yang sepakat untuk bekerja sama dan bergotong royong mengerjakan ladang atau sawah) yang terdiri dari empat orang anggota: Beru Ginting Sope Mbelin, Beru Sembiring Pandan, Sembiring Mergana dan Karo Mergana. Atas bantuan aron ini terutama sahabatnya Beru Sembiring Pandan, semua pekerjaan Beru Ginting Sope Mbelin dapat diselesaikan. Namun semua itu tetap tidak menyenangkan hati Nande Ngudanya.

Akhirnya Bapa Nguda membawa Beru Ginting Sope Mbelin ke Taneh Alas untuk dijual. Dalam perjalanan menuju Alas, Beru Ginting Pase berjumpa dengan Sebayak Perbesi yang memberinya tanda mata berupa kain.

Demikian pula ia bertemu dengan Sebayak Kuala yang memberikan juga tanda mata berupa kain. Singkat cerita, sampailah mereka di Taneh Alas, dan di pantai terjuallah Beru Ginting Sope Mbelin seharga 250 perak. Bapa Ngudanya segera pulang. Beru Ginting Sope Mbelin dapat melarikan diri dari orang yang telah membelinya.

Dalam perjalanan dia bertemu dengan hewan buas atau ular besar namun tidak satu pun yang mau dan berani memakannya. Hewan-hewan itu takut kena tulah atau kutuk bila makan makanan yang tidak menjadi bagiannya.

Singkat cerita, sampailah dia di sebuah gua di mana tinggal seorang sakti mandraguna bergelar Datuk Rubia Gande. Melihat nasib Beru Ginting Sope Mbelin, orang sakti ini berbelas kasih dan memberinya kasih sayangi.

Suatu ketika, atas bantuan seekor burung bernama Perik Sidanggur Dawa-dawa sampailah seorang pemuda bergelar Karo Mergana anak Pengulu Kacaribu ke kediaman Datuk Rubia Gande.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun