Karo Mergana meminang Beru Ginting Sope Mbelin untuk diperistri. Datuk Rubia Gande menanyakan kesenangan hati Baru Ginting Sope Mbelin yang setuju akan pinangan itu, demikianlah keduanya menjadi pasangan yang serasi, seia dan sekata.
Saat Beru Ginting Sope Mbelin merasa waktunya sudah tiba, dia meminta izin kepada Datuk Rubia Gande untuk pulang ke kampung halamannya. Dalam perjalanan dia bertemu pula dengan Sebayak Kuala dan Sebayak Perbesi, Beru Ginting Pase tidak lupa mengucap terima kasih dan membalas kebaikan hati keduanya orang tersebut.
Bapa Nguda yang sudah tahu kedatangan Beru Ginting Sope Mbelin ke Urung Galuh Si Mole, dia ketakutan dan menyembunyikan diri di para-para karena malu dan takut. Beru Ginting Pase menjamu Bapa Nguda dan Nande Ngudanya dalam sebuah jamuan makanan besar. Tetapi hukum juga harus ditegakkan, keduanya dihukum berat.
Badan mereka ditanam di bawah tangga rumah, seorang di bagian kenjulu (sebelah timur) Â dan seorang lagi di bagian kenjahe (sebelah barat) sehingga setiap orang yang masuk dan keluar rumah akan menginjak kepala kedua orang jahat itu. Demikianlah hukum kembali tegak di kerajaan tersebut.
- Pesan Moral
Kedua kisah di atas membawa pesan moral yang dapat dijadikan pegangan untuk melakoni hidup baik dalam tata kekerabatan maupun dalam tata kemasyarakatan. Bahwa setiap orang harus melakukan kebenaran, kebaikan dan kejujuran sebab kejahatan pada waktunya akan dikalahkan dan pelakunya akan mendapat hukuman setimpal.
Memperlakukan orang lemah (Perempuan dan yatim piatu) adalah perbuatan tak terpuji apalagi hal itu dilakukan oleh keluarga dekat yang seharusnya melindungi dan menjamin hidupnya. Keserahakan dan iri hati harus dihindari sejak dini.
Sikap hewan-hewan buas di hutan yang tidak mau memakan Beru Ginting Sope Mbelin adalah kritik terselubung terhadap sifat dan karakter manusia serakah yang melihat kaum lemah sebagai korban belaka.
Kita juga diingatkan bahwa selalu ada orang baik yang siap sedia menolong orang yang kesusahan. Ada tokoh seperti Datuk Rubia Gande, atau keluarga yang memberi tumpangan kepada Beru Ginting Sope Mbelin, Sebayak Perbesi dan Sebayak Kuala dan masih banyak lagi. Itu berarti bahwa sejahat-jahatnya manusia ternyata masih lebih banyak orang baik yang siap memberi pertolongan dan berbela rasa kepada orang susah dan menderita.
Secara khusus bagi kaum perempuan ada pelajaran menarik yang dapat dipetik dari kedua tokoh yang hebat seperti: Beru Ginting Pase dan Beru Ginting Sope Mbelin. Bahwa orang yang tahan uji dan tak mau dikalahkan oleh penderitaanlah yang akan menang dan dapat memperoleh haknya. Hanya seorang pejuang yang tangguhlah yang tiba pada garis kemenangan dan berhak untuk itu.
Perempuan bukan makhluk lemah, sebaliknya mereka adalah tokoh-tokoh hebat yang di dalam dirinya ada kekuatan super yang bila sanggup mempergunakannya maka hal itu akan membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Orang-orang seperti inilah yang dapat berpikir bijak dan bisa menjadi pengadil (orang yang tahu mana yang baik dan mana yang buruk).
Perempuan-perempuan tangguh dan perkasalah yang bisa membawa kebaikan bagi kehidupan. Dari kacamata Alkitab kita dapat belajar kepada sosok seperti Debora (namanya berarti lebah) yang bisa memimpin pasukan Israel mengalahkan musuhnya.