Mohon tunggu...
Albert Purba
Albert Purba Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Ad Majorem Dei Gloriam

Membahasakan pikiran dengan kata dan aksara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Orang Baik Absen dalam Gelanggang Politik

14 Februari 2021   18:55 Diperbarui: 14 Februari 2021   19:14 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika Duri yang tidak menghasilkan apa-apa menjadi penguasa, dia menikmati kekuasaan itu dan segera menuntut kedudukan utama di antara yang lain. Hukum pertama yang dia tegakkan ialah: Ketaatan tanpa syarat di bawah ancaman duri-durinya, dan ketidaktaatan berarti berhadapan dengan kekerasan yang siap dia laksanakan. 

Dengan ini penulis Alkitab mengingatkan betapa dangkalnya sebenarnya kekuasaan itu, apalagi bila dia mengembangkan rasa takut dan teror yang disertai narasi politik penuh kebohongan dan kebencian di antara rakyat yang diperintah.

Absennya Orang Baik Dalam Politik

Kenapa kekuasaan itu menjadi dangkal dan koruptif? Tidak lain karena absennya orang baik dalam ruang politik, dan itu berakibat fatal seperti yang dikisahkan dalam fabel di atas. Orang-orang baik, yang dalam fabel digambarkan sebagai tumbuhan yang bermanfaat tidak hadir dalam proses politik sehingga menciptakan ruang kosong yang akan dengan mudah diisi oleh tokoh-tokoh antagonis. 

Secara tersirat dalam cerita ini diperlihatkan dosa politik orang baik, yakni tokoh-tokoh yang memiliki reputasi dan dihormati karena standar moral dan hidup mereka menjadi anutan tetapi tidak mau terlibat dalam medan politik yang sengit dan sering sekali sangar.

Meski dibungkus dalam format fabel, pesan kisah ini sangat jelas bahwa diamnya orang baik, tidak ikut serta dalam proses politik berarti membuka peluang kepada orang jahat menjadi pejabat merupakan ancaman kepada rakyat. 

Dalam konteks kebangsaan dan kemasyarakatan kita saat ini, yang menjadi pertanyaan: siapakah orang baik itu? Mungkin sulit mendefiniskan istilah tersebut menjadi sosok personal apalagi menjadi balon atau calon kepala daerah. Namun setidaknya, sosok itu hadir dalam imajinasi rakyat, dia disebut-sebut dalam percakapan politik tentang siapakah yang layak memimpin. 

Dia juga bisa hadir dalam diri tokoh agama, tokoh masyarakat, cerdik cendikiawan dan aparat pemerintah yang jujur dan menjaga wibawa sumpah dan jabatannya. 

Dia hadir dalam impian-impian rakyat dan khotbah-khotbah pemuka agama yang mengajar cara memilih yang sehat bagi demokrasi kita. Orang-orang baik itu adalah politisi sekaligus  negarawan, yang visioner, yang cakap memerintah dan dipilih rakyat karena keteladanan dan ketokohan bukan karena uangnya.

Menyikapi Pemilihan Pemimpin Politik

Pemilu dan Pilkada yang melibatkan segenap warga masyarakat yang berhak memilih adalah buah dari reformasi yang diperjuangkan tokoh demokrasi dan mahasiswa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun