Ilustrasi by kfk.kompas.com/Albertus Widi Nugroho
masih ada angin berhembus di negeriku
ia menembus setiap sudut rumah-rumah
angin selalu berlayar membawa kabar
dan nyanyiannya yang berani terkadang masih terdengar
sebab selain angin, hampir lainnya lemah terkapar
Â
ada yang merangkak menyeduh nasi aking; ada yang terbahak makan nasi bunting
ada rumah korek api yang berhimpit; ada rumah selapang bandara nan luas
ada tua renta yang sendiri menunggu mati; ada yang muda terbahak tanpa henti
ada yang tulang kering berbalut kulit gosong; ada yang berlemak serupa ayam potong
ada yang gajinya sebutir beras; ada yang gajinya sebongkah emas
ada yang memelas di jalan-jalan; ada yang memeras di jalan-jalan
Â
dan angin itu masih berembus
dan angin itu masih menembus
dan angin itu berlayar lagi
angin itu terdengar lagi
ia masih ingin didengar
ia masih mau menyampai kabar
sebab selain angin, hampir lainnya lemah terkapar
Â
di negeriku
ada juga ikan asin yang kering kerontang
sedang di sisinya ada mas koki yang gendut makmur
Â
di negeriku
ada yang setahun menjerit lapar
sedang di sisinya ada yang setahun berdiam kekenyangan
Â
ada yang menggila menumpuk harta
sedang di sisinya bergelimang fakir yang papa
Â
ada polusi dan banyak korupsi
Â
           dan angin itu masih berlayar
mengirim salam risau mencari kabar
           walau tak akan habis derita didengar
Â
September – Oktober 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H