Sore itu, kutemukan dirinya berdiri di pinggir jalan,
ditemani kaleng kecil yang masih berbunyi nyaring…
Tubuhnya yang terlihat lesu bertumpuh pada
kedua kaki mungilnya yang tampak bertelanjang…
Tangan yang polos tanpa noda menjulurkan
kaleng kecilnya pada setiap orang yang lewat…
Senyum ramah dibibirnya mengembang,
menyapa penghuni kota tanpa pandang bulu,,,
tanpa mengharapkan senyuman balasan,,,
bagaikan matahari yang selalu memberikan keindahannya
kepada dunia tanpa memandang insan yang baik dan yang buruk….
Terkadang ia berharap recehan-recehan dari tangan
orang-orang yang dia tawarkan masuk ke dalam kalengnya,,,
namun tidak menjadi alasan baginya untuk
menjatuhkan air mata kecewa, bila harapannya tidak dimengerti….
Bocah oh bocah….
Sesekali aku menjatuhkan air mata bila membayangkan diriku
yang belum bisa membantunya….
Caranyamenghadapi dunia yang penuh tanda Tanya ini,
adalah pelajaran berharga bagiku,
dan mungkin juga bagi kamu,, ataupun bagi mereka…
Dia takkan terhapus dari ingatanku…
tampangnya yang sederhana, suara mungilnya,
dan senyuman penuh tanda tanya yang selalu mengembang
di bibirnya terlalu kekal untuk mengenal duka…..
Sekian...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H