Pencak silat hingga kini masih menjadi lumbung emas bagi kontingen Indonesia di Asian Games 2018. Atlet Indonesia hampir mendominasi semua nomor yang dipertandingkan pada Asian Games 2018.
Pencak Silat sendiri merupakan olahraga yang tumbuh dan berkembang di nusantara dan sekitarnya. Sejak zaman dahulu Pencak Silat telah mewarnai seni bela diri masyarakat di sekitar Asia Tenggara khusunya yang masih satu rumpun melayu.
Olahraga yang menekankan pada pertahanan diri dan seni keindahan gerakannya ini tumbuh subur di tanah air, bahkan Pencak Silat juga memiliki aliran-aliran yang berbeda dari beragam daerah.
Di pulau Jawa saja Pencak Silat memiliki beragam aliran, beberapa diantaranya masih eksis dan terus berkembang hingga kini. Mulai dari Cimande dan Cikalong di Jawa Barat, Merpati Putih di Jawa Tengah hingga Perisai Diri di Jawa Timur.
Pada mulanya Pencak Silat tumbuh sebagai salah satu respon nenek moyang bangsa Indonesia dalam mempertahankan diri dari segala ancaman di lingkungannya. Banyak dari mereka yang mengadaptasi gerakan-gerakan bela diri dari hewan di alam liar, seperti cerita rakyat yang menjadi asal usul silat Cimande yang mengisahkan seorang perempuan mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet.
Masuk zaman pendudukan kerajaan-kerajaan di seluruh kepualauan nusantara, dunia persilatan makin naik daun. Beberapa kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit menggunakan silat sebagai ilmu pertahanan dasar bagi para prajuritnya, bahkan beberapa diantaranya bergelar ksatria.
Bukan hanya beragam aliran saja, hampir di setiap daerah pula Pencak Silat miliki jawara atau pendekarnya sendiri di dunia persilatan. Seperti contohnya Si Pitung jawara Betawi dari Jakarta, adapula Mahapatih Gajahmada yang sakti mandraguna dari zaman Majapahit, ataupun Hang Tuah panglima Malaka dari ujung tanah Melayu.
Usaha Membuat Dunia Persilatan Mendunia
Bila Korea punya Taekwondo, Jepang punya Karate, Thailand punya Muay Thai, dari Indonesia dan seantero tanah melayu pun juga punya Pencak Silat. Beragam cara digalakan agar dunia persilatan makin mendunia, salah satunya adalah menjadikan Pencak Silat sebagai cabang olahraga yang dipertarungkan di beberapa ajang ataupun multi-event olahraga internasional.
Semua bermula dari usaha seorang Eddie M. Nalapraya, yang kala itu menjabat sebagai ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) memprakarsai pembentukan organisasi internasional Persatuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) pada 11 Maret 1980. Saat itu Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam juga ikut mendeklarasikan Persilat, dan empat negara ini didapuk sebagai founding fathers dari Persilat.
Pencak Silat pertama kali diperkenalkan dan dipertandingan pada event olahraga se-Asia Tenggara (SEA Games) ke-14 tahun 1987 di Jakarta dan sejak saat itu Pencak Silat menjadi cabor wajib SEA Games. Hingga kini beragam kejuaran internasional Pencak Silat pun telah sering digelar, salah satunya adalah Kejuaraan Dunia Pencak Silat pada tahun 2010.
Di Asian Games 2018 sendiri, Pencak Silat kembali dijadikan cabor utama bagi para kontingen dari berbagai negara. Para pendekar merah-putih menjadikan cabor yang satu ini sebagai tambang emas pada gelaran olahraga internasional bergengsi se-Asia ini.Â
Bermain di tanah sendiri akan memberikan motivasi tambahan bagi para atlet saat bertanding, belum lagi gengsi sebagai bangsa pelopor dunia persilatan yang makin mendunia. Menarik untuk melihat aksi para pendekar tanah air merebut emas di Asian Games. Akan berapa emas kah yang berhasil dikantongi mereka?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H