Sering sekali kamu membayangkan untuk bisa menjadi seperti apa yang kamu impikan. Ketika ditanya oleh temannu. Apa cita-cita kamu nanti? Sederhana saja, kamu menjawab tenaga medis. Kamu ingin menjadi seorang tenaga medis yang bisa membantu banyak orang.
Biasanya orang itu bercita-cita gak tanggung-tanggung. Menjadi pilot, polisi, tentara, dokter dan guru. Apa yang mendasari kamu bercita-cita menjadi tenaga medis? Tenaga medis adalah orang mulia menurutmu, ia banyak sekali dibutuhkan terutama ketika bencana besar datang seperti covid-19 lalu. Bukankah semua pekerjaan juga mulia? Ya semua mulia.
Kamu bercerita kepadaku tentang keinginanmu menjadi seorang medis. Begini ceritanya:
Satu hal yang membuat tergerak untuk menjadi tenaga medis adalah ketika ibuku jatuh sakit sampai sulit untuk bangun dari tempat tidur, lemah pucat pasi. Aku mencari-cari bantuan ke tetangga-tetangga, semua yang ada disana kumintai pertolongan. Namun semuanya tidak ada yang bisa membantu ibuku untuk bisa lekas sembuh kembali. Entah apa penyakitnya aku pun tidak tahu. Pelayanan kesehatan yang jauh dari kampung membuat akses pengobatan sulit dan lambat dikerjakan karena harus menempuh jarak sekitar 15 kilometer ke rumah sakit yang ada di kota Tasik.
Alhasil aku bertekad untuk menjadi seorang tenaga medis, bukan hanya karena alasan ibuku saja. Aku ingin banyak sekali bisa mencurahkan diriku untuk mengabdi kepada masyarakat terutama di bidang kesehatan itu. Jadi dokter memang cita-citaku tertinggi. Namun bila terpeleset kenyataan aku bisa apa, pikirku.
Dunia tidak sesempit itu teman, masa kumeok memeh dipacok. Takut duluan sebelum perang. Apa mentalmu hanya sampai situ aja. Tidak berusaha yang lebih jauh apa? Mustahil atau tidak mungkin terjadi padamu. Tidak ada yang mustahil, kamu kan selalu bilang kepadaku, jangan sampai impian terkubur di tanah yang dalam tanpa adanya ikhtiar dan pengorbanan yang kita lakukan. Selagi kamu terus maju dan berusaha dunia akan bahu membahu mewujudkannya kepadamu. Percayalah pada dirimu sendiri, bukan padaku. Saran aku, kamu harus baca cerita-cerita perjuangan pahlawan jaman dulu yang susahnya sangat luar biasa. Kita tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka. Mereka berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa ini dari para penjajah. Lalu setelah merdeka, apa kontribusi kita? Banyak. Salah satunya kamu harus memiliki sifat dan pendirian yang teguh seperti para pahlawan itu.
Susahnya itu jaman dulu berjuang mengusir penjajah. Kalau sekarang susah menghadapi bangsa sendiri dan juga diri sendiri. Apa kamu mau hidup seperti pada jaman penjajah dulu. Tentu tidak kan?
"Lakukanlah sesuai kemampuanmu. Ingat satu hal saja! Asal jangan berhenti" tegasku kepadamu.
Sewaktu kecil kita selalu bermain bersama, di taman-taman dekat rumah kita. Semuanya bergembira riang di sana. Kekompakan, kebersamaan terasa hangat sekali. Bermain rumah-rumahan, rawat-perawatan dan dokter-dokteran. Kamu menjadi orang pertama ketika ditanya. Siapa yang mau jadi dokternya? kataku memulai.
Kamu kegirangan, semangat sekali ingin melayani setiap orang.
"Tolong Ibu dokter, ini ada yang sakit, ucap felia sambil berlari.
"Sini bawa masuk, tolong suster tutup pintunya" perintahmu, untuk mengecek keadaan pasiennya.
Kamu seakan nyata sedang melayani pasien. Pakaian yang kamu gunakan, peralatan, semua perlengkapan dokter kamu punya semua walaupun hanya mainan. raut wajah senyuman manismu melihat pasien pertama telah kamu tangani dan berhasil dilakukan.
"Wah, aku senang banget deh, kayaknya menjadi dokter, kenapa ya aku bisa bahagia banget, suka aja gitu melayani orang-orang?" jelasmu pada teman-teman.
"Kamu udah cocok banget cita-citamu jadi dokter aja!"
Ketika ada anak lelaki yang mengganggumu dalam bermain kamu langsung sigap untuk menjaganya, teman-temanmu dan semua alat permainanmu, kamu berhasil membuat anak lelaki itu lari darimu.
"Wih, ini bagus mainanmu, aku pinjam bentar ya" kata anak lelaki itu sambil memegang permainan doktermu dan lari mengambilnya.
"hei, hei..jangan dibawa..sini kembalikan" teriakmu mengejar.
Tubuhmu agak kecil dan tinggi, rambutmu tergurai sampai pundak dan larimu kencang hingga anak lelaki itu bisa terkejar sampai terjatuh terpeleset menginjak cangkang pisang hingga tercebur ke danau dan bermandikan air lumpur.
"Hei awas, akan kubalas nanti perbuatannmu ini! Ucap lelaki itu dengan ketus kepadamu.
Benar saja esoknya kamu sedang bemain bersama teman-teman. Ia datang lagi. Kali ini dua tidak sendirian, membawa teman-temannya untuk mengganggumu kembali dan melakukan pembalasan atas kejadian yang kemarin.
Gemericik hujan dan pohon-pohon sedang menari-nari dengan dengan lemah gemulai. Tumbuh-tumbuhan mulai bermekaran menandakan musim hujan akan tiba. Ayam jantan kejar-kejaran dengan betinanya tidak mengenal lelah. Suara-suara kodok mulai nyaring kembali dan jangkrik kian tedengar.
Kamu sedang duduk bersama di saung dengan danau bermain masak-masakan dan teman lelaki itu dating hujan-hujan untuk menantangmu bermain bersamanya. kamu menerima tawarannya dan bermain galah jaga. Tim kamu berempat, felia, yanti, sani dan kamu. Teman lelakimu berempat juga. Dan lagi-lagi akhirnya kamu berhasil mengalahkan teman lelakimu itu.
Cita-cita itu tentu masih tumbuh dalam dirimu walaupun hanya sebatas biji sawi saja, kecil. Dalam pelajaran-pelajaran sekolah kamu tahu tentang ilmu-ilmu yang berhunbungan dengan kedokteran yaitu biologi. Biologi merupakan mata pelajaran yang paling kamu sukai. Sering mendapat nilai serratus ketika ujian. Kamu menyukai anatomi tubuh manusia. Biologi dan kedokteran memiliki hubungan yang erat, dimana biologi membantu memahami fungsi dan struktur tubuh manusia, perkembangan penyakit serta harapan baru untuk pengobatan dan kesehatan.
Setelah tumbuh dewasa, kini kian terasa. Seperti jadi mustahil untuk menjadi seorang dokter. Memang benar kata-katamu tadi, jangan menyerah, harus tetap berjalan! Tapi kamu selalu berpikir, lagi dan lagi melihat kondisimu saat ini. Dan rasanya mustahil banget mengingat biaya kuliah masuk kedokteran sangat tinggi sekali mencapai ratusan juta rupiah dan kamu rasa itu sangat mustahil sekali untuk dicapainya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI