Mohon tunggu...
Herbert
Herbert Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa SMA Kolese Kanisius

Saya gemar membaca konten tentang situasi saat ini dan bagaimana dampaknya terhadap ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memupuk Hedonisme melalui TikTok Shop

19 November 2024   23:33 Diperbarui: 20 November 2024   03:25 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan TikTok Shop (Sumber: Tangkapan layar penulis)

Hedonisme di Era Digital

Hedonisme merupakan perilaku yang menuhankan kenikmatan dan kesenangan pribadi, kemewahan, dan kemapanan diatas segalanya (Hersika et al., 2020). Kata hedonisme diambil dari bahasa Yunani ἡδονισμός (dibaca hēdonismos) dari akar kata ἡδονή (dibaca hēdonē, yang berarti 'kesenangan'). Maka dapat disimpulkan bahwa hedonisme adalah sebuah paham yang mengutamakan kesenangan dan kepuasan diri sendiri.

Di era digital, konsep ini semakin kuat dengan kehadiran media sosial yang terus memamerkan gaya hidup mewah dan konsumtif. Dipujanya penggunaan pakaian dengan merek terkenal, makanan baru dari luar negri (contohnya coklat Dubai yang saat ini sedang viral), dan benda - benda mewah lainnya mendorong sikap FOMO (Fear Of Missing Out) dan konsumtif para pengguna.

TikTok dengan konten yang penuh kreativitas dan daya tarik visual, menjadi salah satu platform yang mempromosikan hedonisme secara tidak langsung. Melalui video singkat yang menampilkan produk-produk mewah, tren fashion terbaru, hingga pengalaman belanja instan, pengguna cenderung tergoda untuk mengikuti gaya hidup ini demi validasi sosial dan kepuasan pribadi.

Hubungan TikTok Shop dan Hedonisme
1. Promosi Gaya Hidup Konsumtif

TikTok Shop dirancang untuk menarik perhatian konsumen dengan menampilkan produk-produk yang seolah menjadi "keharusan" untuk dimiliki. Melalui konten-konten menarik yang dibuat oleh influencer, pengguna merasa terdorong untuk membeli demi mendapatkan kesenangan atau untuk mengikuti tren. Mereka meyakinkan bahwa dengan membeli produk - produk tersebut, pengguna bisa merasakan kesenangan dan kepuasan yang sama.

2. Strategi Pemasaran Berbasis Impulsif

TikTok Shop menggunakan strategi pemasaran yang dirancang untuk memicu pembelian impulsif. Video singkat dengan visual menarik, musik catchy, dan testimoni dari influencer menciptakan urgensi untuk membeli.

Selain itu, pembelian impulsif juga didorong oleh diskon besar - besaran. Jika Anda sering menggunakan TikTok, pastinya Anda pernah menemukan video yang memasarkan sebuah produk dengan harga abnormal. Saya sendiri pernah menemukan video yang memasarkan kue soes kering berisi coklat dengan harga 100 perak. Penurunan harga yang drastis tersebut disebabkan oleh diskon besar - besaran yang sering diadakan oleh TikTok Shop.

Berdasarkan informasi di atas, TikTok Shop menjadi motivasi hedonik. Menurut Solomon, Bamossy, Askegaard dan Hogg (2006:312-313) ada 6 motivasi hedonik, yaitu adventure shopping, value shopping, idea shopping, social shopping, gratification shopping, dan role shopping. Berdasarkan informasi yang saya berikan, TikTok Shop termasuk ke value shopping dan idea shopping.

Value shopping adalah kenikmatan yang dirasakan konsumen ketika mendapat diskon, promosi, atau ketika berhasil tawar menawar harga. Diskon besar - besaran dan berbagai promo yang diberikan TikTok Shop mendorong sejalan dengan pengertian ini. Kenikmatan yang dirasakan para pengguna TikTok Shop mendorong mereka untuk terus melakukan pembelian impulsif dan melakukan tindakan hedonis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun