Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "Apocalypto" Jaguar Paw Lelaki Penguasa Rimba

1 Desember 2023   07:39 Diperbarui: 1 Desember 2023   07:46 2008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Review Film "Apocalypto" Jaguar Paw Lelaki Penguasa Rimba

Semenanjung Yucatan, Mexico yang menjadi latar serta mengangkat tema peradaban suku Maya, diperkuat dengan mempergunakan bahasa Maya.
Film bergenre Thriller ini dibintangi oleh Rudy Youngblood berperan sebagai (Jaguar Paw).

Dan disutradarai oleh Mel Gibson. Setelah melalui serangkaian pengumpulan data (Riset) guna menggali sejumlah informasi berkenaan perihal kehidupan Suku Maya.
Sementara Naskah disusun oleh Mel Gibson serta Farhad Safiani. Dan Film ini dirilis pada awal Desember 2006.

Di mana film ini dikisahkan seorang lelaki muda bernama "Jaguar Paw" yakni seorang pemburu Mesoamerika, hidup damai dan tentram bersama anggota keluarga, kerabat dan para tetua adat.

Di perkampungan Suku Maya, sebuah kawasan hutan lebat di bagian pedalaman. Di mana tak ada pertikaian, rukun dan harmonis serta memelihara wilayah hutan yang merupakan tanah moyang.

Warisan leluhur yang harus senantiasa dipelihara, demi kelangsungan hidup regenerasi. Yaitu belantara yang dipenuhi binatang buruan serta sungai berair jernih tempat jaguar membasuh diri serta minum.

Jaguar dalam kesehariannya lihai melakukan perburuan binatang buas dengan cara membuat perangkap, bersama dengan penduduk desa lainnya Hingga binatang buruan pun terjerat dan masuk perangkap.

Perburuan dilakukan di sekitar area hutan yang hasil berburunya dibagikan dan disantap bersamaan oleh seluruh anggota suku yakni penduduk desa setempat.

Jaguar kala malam biasa duduk mengelilingi api unggun, bersamaan dengan penduduk Maya serta para tetua adat yang memberikan wejangan. Seraya berpesta menikmati tari-tarian ritual adat hingga malam dibabat benderang.

Jaguar memiliki firasat buruk, instingnya mengatakan akan ada hal-hal buruk yang akan terjadi dan menimpa penduduk desa. Ia dapat merasakannya lewat riuh gonggongan anjing dengan leher terikat tali kekang.

Namun sayangnya kedamaian itu tak berlangsung lama, semenjak di suatu pagi yang tenang desa kedatangan tamu tak di undang yakni segerombolan Suku Bengis beserta pasukannya.

Yang dengan serta merta menyerang garang, melakukan penculikan terhadap kaum perempuan dan melakukan pemerkosaan serta berbuat huru-hara.

Tak hanya itu namun juga melakukan pembantaian keji yang bertujuan memusnahkan penduduk desa tanpa terkecuali. Serta melontarkan panah-panah api yang dihempaskan hingga melesat.

Alhasil membakar seluruh rumah-rumah penduduk, agar tak dapat dihuni dengan upaya memusnahkan generasi. Suku Bengis dan Kejam dengan tubuh-tubuh perkasa yang pasti jauh lebih kuat datang dari luar rimba.

Menyerang serta memporak-porandakan perkampungan. Hingga luluh lantak hancur lebur jadi serpihan debu (DUST). Membunuh siapa saja yang ditemui dengan kapak-kapak tergenggam.

Yang dalam sekali ayun seketika menjelma jagal pencabut nyawa, tak ayal korban-korban pembantaian pun bergelimpangan.

Di tengah situasi genting "Sang Jaguar" berhasil menyelamatkan diri dengan membawa anak dan istrinya yang tengah hamil, kemudian menyembunyikannya ke dalam sebuah lubang tak terpakai agak jauh dari pemukiman.

Lantas kembali ke perkampungan untuk membantu kawanannya sesama suku Maya, namun tak ayal Jaguar berhasil ditangkap oleh pasukan bengis bersamaan dengan yang lainnya.

Yaitu para lelaki yang sengaja dibiarkan hidup-hidup, untuk digiring menuju kota yang berisi suku penyembah Dewa Matahari. Melintasi medan yang sulit dengan lengan terikat menjadi tawanan dan kelak satu per-satu dijadikan korban persembahan dalam prosesi acara ritual persembahan kepada para Dewa Matahari.

Setiba di kota riuh para penduduk, yang telah lebih maju mengenal pakaian. Gegap gempita menyambut tawanan, prosesi acara yang megah pun disiapkan demi terlaksanannya prosesi ritual adat. Perampasan hak hidup atas seseorang.

Jaguar di bawa ke puncak piramid yang beranak tangga berundak-undak untuk di eksekusi, sementara para ibu-ibu membawa bayi-bayi milik mereka. Menunggu di ujung piramid untuk mengoleskan darah yang menetes di kening para bayi-bayi.

Di mana mereka menganggap korban-korban yang telah menjadi mayat itu ialah persembahan suci yang sejatinya telah diberkati oleh Dewa Matahari. Dengan meneteskan darah dan berkorban jiwa raga maka Dewa Matahari pun akan senantiasa berbaik hati kepada mereka.

Di mana suku yang melakukan penyerangan keji, hunian Jaguar merupakan suku yang disinyalir mencari budak-budak untuk dijajakan kepada suku pemuja Dewa Matahari. Maka raja pun akan membayar mahal upah untuk setiap jiwa yang akan dipenggal dalam ritual persembahan.

Namun di tengah giliran jaguar dikorbankan didapati kejadian yang tak terduga, yakni kemunculan gerhana Matahari datang yang secara tiba-tiba, di mana gumpalan hitam menutupi mata langit. Menjadi pertanda buruk, seolah Dewa di atas sana tak berkenan.

Lantaran ketidaktahuan suka tersebut atas fenomena alam yang biasa terjadi yakni Gerhana Matahari. Raja dan ratu menganggap bahwasannya pertanda Dewa Matahari telah kenyang dan merasakan cukup atas korban persembahan.

Fenomena gerhana tersebut membuat Raja dan Ratu serta petinggi dan raja pasukan bengis terperangah dan saling berpandangan sambil mendongak menatap gerhana. Seolah menyeru ritual usah diteruskan.

Giliran Jaguar naik ke altar persembahan, maka ia pun melihat sosok darah yang telah mengering. Seraya memegang pisau, seraya melihat ke arah dan raja dan ratu. Dan juga memandang ke arah putra mahkota kecil. Yang bersuka cita juga merasakan kekejaman.

Pada saat itulah jaguar teringat Istri dan anaknya yang ditinggalkan di sumur di desanya, dengan sorot mata diliputi awan kesedihan. Membayangkan keduanya akan segera mati kelaparan.

Namun dewi fortuna selalu berada dipihak Jaguar, sehingga bisa lari dan meloloskan diri dari kepungan pasukan bengis selepas punggungnya terkena anak panah. Dengan berlari sejauh mungkin menerabas ladang jagung.

Selepas Jaguar disuruh berlari demi menggapai kebebasan, namun dihujani lemparan panah, tombak hingga Jaguar melakukan gerakan zigzag agar tak terkena serangan benda tajam. Meski punggung bagian belakang terkena juga.

Tak ingin tawanannya sampai selamat, Pemimpin Bengis pun menyuruh bala tentaranya mengejar dan menyisir ladang jagung hingga masuk ke dalam rimba.

Tak ayal Jaguar lari terengah-engah seraya pontang-panting menghindari musuh yang tengah memburunya, dalam kondisi terluka. Jaguar terus berlari seperti harimau yang terluka dan berlari lantas sembunyi membenamkan dirinya di dalam lumpur pekat. Hingga yang terlihat hanya kedua matanya.

Namun kali ini Jaguar tak ingin jadi seorang pecundang, dengan terus berlari dan sembunyi. Sebab ini Tanahnya, ini Hutannya dan ini Huniannya. Di mana tak seorang pun boleh semena-mena menginjak Belantaranya.

Jaguar amat mengenali belantara miliknya maka disusunlah strategi dan dibuat perhitungan, bagi para perusuh. Jaguar menitis dalam darahnya, satu persatu lawannya tumbang, seiring dengan pasukan begis tewas seleuruhnya selepas melihat pucuk pimpinannya dihabisi Jaguar. Tak ayal anak buahnya pun menyerah serta ketakutan.

Bersamaan itu pula jaguar berhasil menemukan sumur tempat istri melahirkan anak ke duanya di dalam lubang dalam kondisi selamat. Selepas membereskan prajurit yang nyaris menemukan sumur tersebut.

Di bagian akhir cerita jika Jaguar Paw dan anak istrinya menjadi penduduk terakhir yang tersisa dari suku Maya. Setelah semuanya anggota sukunya mati dibantai. Maka jaguar pun memutuskan pergi dari rimba dan mereka pun dikejutkan dengan benda besar yang melayang di atas permukaan air dan benda tersebut adalah kapal, yakni kapal ekspedisi ke empat Christoper Colombus. Ditandai awal masuknya Bangsa Asing masuk dan menguasai tempat tersebut.

Film yang dikemas sangat apik dengan setting yang luar biasa, dalam film ini dapat dipetik makna, yaitu memelihara apa yang kita miliki, entah itu Belantara-Rimba Raya.

Jakarta, 01/12/2023
Hera Veronica Suherman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun