Di Bawah Payung Hitam Jemari Asa Genggam Kesedihan
Kristal bening meluncur
dari mata semesta menimpa
payung hitam terkembang
Bulirnya-bulirnya laksana kaca
pecah berderai di antara rinai
melumer lantas kuyup
Langit tak jemu meramu hujan
meracik gerimis seperti halnya
netraku yang mendadak panas
Hujan luruh samarkan rintih
menyeka kesedihan yang basah
sebasah bejana nelangsa tumpah
Sepanjang ruas jalan
didapati becek tanpa sengaja
kuinjak genangan kenangan
Di bawah payung hitam
jemari asaku menggenggam
pecahan-pecahan kesedihan dalam
Selalu saja kedua netraku
menyeduh gerimis memerah tangis
seraya kugigit bibir nan tipis
Hujan yang jatuh di wajah aspal
adalah awan tebal yang mengumpal
di ceruk jiwa yang tak kuasa kusumpal
Aku menangis bukan lantaran
hatiku teriris-iris pedih
namun lantaran terkenang
Sepenggal Masa Silam Membayang
H 3 R 4
Jakarta, 10/10/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H