Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ada Saatnya Akal Sehatku Terhempas

29 Juli 2022   07:17 Diperbarui: 29 Juli 2022   07:38 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : S K@Pinterest.com

Ada Saatnya Akal Sehatku Tehempas

"Cep.cep ya sayang jangan menangis
terus, Mommy akan selalu ada
bersamamu dan menjagamu"

"Tidurlah sayang malam menjelang
lelap di peraduan dalam dekap
hangat bulan bintang"

Ucap perempuan bergaun putih dengan
rambut panjang tergerai hingga
mencapai punggung

Seraya menggendong boneka lantas
didekapnya erat-erat boneka
serta dikecup perlahan

Lalu diusap lembut kepala boneka
seperti hendak menyalurkan
naluri keibuannya

Wanita itu telah kehilangan ingatan
sejak bayinya meninggal dunia
terhimpit payudara sang ibu

Hari-harinya diisi senandung ninabobo
menidurkan boneka tak bernyawa
yang tak kunjung pejam mata

Namun adakalanya sadar menyentak
menyengat daya ingat di kepala
perihal bayi yang berada

Di gendongannya bukanlah anaknya
melainkan benda mati yang
tak bisa diajak bicara

Lalu dihempaskannya tubuh boneka
sekerasnya hingga terjerembab
jatuh tersungkur di lantai

Seraya berteriak-teriak beringas
seperti orang yang tak waras
meraung amat keras

"Mana Elang... ?
tidakkk Dia bukan Elang... !
aku mau Elang milikku manaaa...!

Seraya kedua biji mata
mendelik buat orang bergidik
di antara amuknya menggelegak

Ia menyerang garang
hingga sukar dikendalikan
menedang, mencakar, mencekik

Bahkan meludahi muka
seperti orang tengah kerasukan
namun selepas itu Ia tertawa cekakak

Seperti menemukan
hal yang menggelitik mematik
buatnya geli dan terpingkal-pingkal

Takada angin
takada hujan tiba-tiba
saja Ia menanggis sejadi-jadinya

Maklumlah Ia sudah Gila
meracau saja yang ia bisa hingga
terpaksa dirantai namun ingatannya

Jauh berkelana menebus
batas cakrawala merobek lazuardi
mencipta huru-hara di ruas kepala

H 3 R 4
Jakarta, 29/07/2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun