Aku Tanpa Mu
Aku tanpamu laksana seutas tambang yang lambat laun putus, dan terberai dari lilitannya getas lantaran dimakan waktu.
Tak ubahnya pejalan kaki yang kehilangan penunjuk arah, meniti peta dunia berada di antah berantah yang tak tau titik kembali.
Aku tanpamu tertatih menjalani hari seakan sunyi tanpa sambut, orkestra pagi senandung kawanan pipit dalam kicau nan bening.
Bak seekor elang yang patah sebelah sayap harapnya, oleng dan terombang ambing di angkasa lalu terjerembab dari ketinggian.
Aku pergi lintasi lorong masa dengan menyeret langkah seraya membawa kepingan-kepingan hati yang luluh lantak.
Aku tersesat di belantara asa yang rindang kerinduan dan rimbun kebencian. Yang mana keduanya bercampur baur menyatu padu.
Aku tanpamu menjelma taman elok rupa nan asri kini merupa kota mati yang tak berpenghuni, tak berdenyut nadi kehidupan.
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 14/10/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H