Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bening Nurani Manis Empati

18 Agustus 2021   06:43 Diperbarui: 18 Agustus 2021   06:48 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : FunSubtance@Pinterest.com

Bening Nurani Manis Empati

Tubuh ringkih lantaran
buruk gizi hanya terdiri dari
tulang belulang dibungkus kulit

Kulit  legam sewarna arang
berdiri agak limbung lantaran
tubuh kurangnya keseimbangan

Kaki-kaki sebagai kuda-kuda
guna pijakan tatkala melangkah
tampak terlihat amat sangat ringkih

Bobot tubuh amatlah ringan
sehingga adakalanya berjalan pun
terlihat limbung bak tubuh perahu kayu

Yang oleng dihempas sapuan
keras gelombang datang menerjang
bernasib tak ubahnya centang perenang

Tulang iga bertonjolan keluar
sebagai penopang tubuh kedua kaki
terlihat kurus dan mengecil bentukan

Sungguh tak proporsional
lantaran kurangnya asupan
gizi serta nutrisi yang bermanfaat

Sontak seketika runtuhkan langit iba
menggempur tembok partisi membatasi
membuat kelenjar air mata jadi berfungsi

Menitikkan Bulir-bulir beningnya
hingga tanggul kesedihan pun bobol
mencipta deras hujan air mata tercurah

Lahap Ia menyeruput
sebotol air mineral kemasan
disodorkan dari jari-jemari

Seorang perempuan dengan
seluruh tubuh serta lengan terajah
runcing ujung jarum-jarum mesin tatto

Tubuh legam lagi dekil kurus
tak mengenakan barang sehelai baju
raut muka kusut masai lagi tersaput debu

Kaki telanjang tanpa
selembar alas kaki berjalan
tertatih dan terhuyung-huyung

Ah betapa beningnya
sekerat nurani milik insani
yang sudi berbagi melerai derita

Betapa manisnya Empati
merupa buah nan ranum lagi matang
bergelantung di rindang pohon kehidupan

***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 18/08/2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun