Katamu, Aku masih saja Meramu Puisi
Katamu...
Aku masih saja meramu puisi
di serambi pagi yang bening
ditingkahi senandung pipit
bertengger di dahan
Aku masih saja merangkai diksi
di langit sore yang menyeduh
cantik semburat serta rona jingga
membias indah di netra
Aku masih saja merenda aksara
di hamparan permadani malam
dipenuhi kilau bintang-gemintang
laksana serpihan mutu manikam
Aku masih saja menenun kata
di sela-sela jeda waktuku
seakan tiada pernah jemu
menguntai diksi, larik dan rima
Masih katamu puisi itu fiiksi
dan banyak hal dimanipulasi
puisi itu mengajak orang
mengawang-ngawang
Puisi itu sekedar fantasi
diracik di dapur pacu milik
para penghayal tingkat tinggi
yang gemar berandai-andai
Masih katamu puisi itu
sungguh membosankan
ngejlimet dan bikin mumet
bak benang kusut sukar diurai
Dan masih katamu
apa bagusnya puisi sekedar
goresan kata tanpa makna
disematkan bahasa kiasan disana-sini
Apapun katamu
aku tetap menyukai puisi dan
sampai kapanpun aku tetap
menyukai hingga sepanjang usia
Aku akan tetap memahat kata
merajut aksara merangkum
beragam rangkaian peristiwa
dalam tapak-tapak literasi
Niscaya abadi hingga kelak
Tuhan menyeru untuk kembali dan
Jasad terpendam di dalam perut Bumi
ke dalam pangkuan damai nan abadi
Hingga Bumi tak berMentari
puisiku mengalir sepanjang hayat
***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 10 Februari 2021 | 23:00
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H