Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Membunuh Waktu?

8 November 2021   07:03 Diperbarui: 8 November 2021   07:04 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Banyak orang yang ketika sedang duduk diam dan bermain game berkata bahwa ia sedang membunuh waktu. Demikia pula ketika seseorang berjalan-jalan di mall. Minum di cafe dan pekerjaan lainnya yang sesungguhnya tidak bermanfaat. Mereka anggap itu semuanya untuk membunuh waktu.

Benarkah kita bisa membunuh waktu???

Yang ada kita sedang dimusnahkan oleh waktu. Ketika kita tidak sadar akan tujuan kelahiran, maka sesungguhnya kita sedang dibunuh oleh waktu. Sedangkan pemahaman tentang waktu saja belum bisa di sepakati. Yang di sepakati adalah waktu berdasarkan putaran jarum jam. Tetapi waktu dan ruang sangat subyektif. Sangat dipengaruhi oleh persepsi.

Sepasang kekasih yang sedang dilanda cinta Berat. Seakan dunia milik mereka berdua. Suatu ketika mereka makan di warung tegal. Mereka merasakan begitu nikmat dan bahagia. Suatu saat, mereka cekcok kemudian berpisah.

Di lain waktu si lelaki berkunjung kembali di tempat yang sama untuk makan. Ia merasakan makan yang sama dan tempat yang sama namun tidak lagi enak dan nyaman seperti dulu ketika bareng Dengan kekasih nya.

Hal yang sama bisa juga terjadi pada kita saat menunggu seseorang yang kita rindukan. Terasa waktu putaran jarum jam begitu lambat. Ternyata yang kita anggap waktu hanyalah persepsi kita sendiri.

Mungkin saat kita main game sedang jenuh dan bosan sehingga kita buang waktu. Kita lupa bahwa waktu berjalan sangat cepat jika kita sadar akan tujuan kelahiran.

Evolusi jiwa dan memahami pengetahuan sejati. Ada suatu contoh yang unik tetapi relevan dengan pembahasan tentang waktu. Ahok adalah gubernur DKI periode 2013-2017. Saat ia menjabat semua hal yang dirasakan perlu untuk diubah demi kepentingan masyarakat DKI dilakukan. Ia tidak perduli popularitas dan simpati rakyat agar diangkat kembali.

Sebagai contoh, ia sedang usulkan penggantian bahan bakar premium menjadi solar di DKI tahun 2016. Pastinya banyak tantangan yang tidak setuju dari masyarakat banyak. Tetapi demi mengurangi impor bahan bakar premium dan mengurangi polusi kota Jakarta, ia tidak takut untuk tidak populer. Bahkan seakan ia tidak perduli jika rakyat banyak tidak mau memilihnya periode ke dua.

Ia sedang berlomba dengan waktu semasa masih punya kewenangan untuk mengambil kebijaksanaan yang berpihak pada kepentingan yang lebih besar, negara dan kesehatan masyarakat banyak.

Keputusan lain yang cukup kontraversial dan berani adalah memberikan subsidi pada angkutan umum. Metromini yang selama ini, rusak dan tidak laik jalan masih bisa beroperasi, dengan tegas ditangkap fan dikandangkan oleh Ahok. Prinsipnya lebih baik dicaci maki okeh Metromini daripada membahayakan keselamatan orang banyak. Tindakan yang tidak mengikuti kemauan umum tetapi berpihak bagi masyarakat banyak.

Demikian pula bagi para pejalan spiritual. Banyak dari kita yang mengatakan: 'Ah saya belum punya waktu untuk latihan. Nanti jika pekerjaan sudah berkurang atau duit sudah banyak. 

Situasi seperti Ini menunjukkan bahwa kita belum tahu skala prioritas seperti Ahok. Ia berlomba dengan waktu agar kebijaksanaan yang berpihak pada masyarakat Jakarta yaitu bebas banjir dan macet dapat segera diatasi. Ia tidak suka karena pujian dan sanjungan tetapi kepentingan umum diabaikan.

Di kala kita sadar bahwa hidup di dunia adalah berkah paling besar, kita harus memiliki prioritas pilihan. Kenyamanan tubuh atau kemuliaan jiwa?

Segala bentuk benda tidak abadi. Ada waktu pembuatan ada waktu kemusnahan atau penguraian kembali. Dibalik materi ada yang non materi. Jiwa adalah abadi.

Yang dibutuhkan adalah pengalihan kesadaran. Dari kesadaran bendawi yang tidak abadi ke ranah jiwa yang abadi. Segala sesuatu yang tidak abadi akan menjadi beban yang semakin memberatkan koper mind atau pikiran. Beban ini akan membebani saat kematian. Saat itu kematian akan sangat menyakitkan. Beban ini mengakibatkan kelahiran kembali. Tak disangkal lagi. Mau tidak mau. Suka tidak suka. Inilah proses alami.

Hargai waktu untuk memilih skala prioritas. Kenyamanan dunia Atau kemuliaan jiwa.

Jangan sampai kita digilas waktu atau dimangsa dewa Sang Hyang Kala. Jika kita mengabaikan waktu yang ada akhirnya kita binasa dimangsa dewa Kala. Dewa waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun