Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Evolusi Bisa Berlanjut Bila MATI SADAR

22 Oktober 2021   08:52 Diperbarui: 22 Oktober 2021   09:05 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mati Sadar

Mati sadar berarti cara mati yang tepat. Mati sadar berarti kita meninggalkan dunia ini dengan penuh kesadaran. Sadar bahwa kematian merupakan keniscayaan. Kemudian juga harus memahami juga: 'Sesungguhnya kematian itu apa?'

Dengan menyadari bahwa kematian adalah suatu proses yang harus dijalani, maka kita kita tidak menjadi cemas saat menghadapi kematian. Bahkan kita bisa mempersiapkan dengan baik bekal apa saja yang kita butuhkan.

Ketika kita mati, roh meninggalkan tubuh dan tubuh tergeletak, kehidupad di dunia tetap berjalan. Istri dan anak akan menangis kita tinggalkan. Mereka sedih tetapi pernahkah kita merenung: 'Yang disedihkan apa?'

Yang meninggal tidak ada pengaruhnya. Bahkan ketika yang ditinggalkan merasakan sedih sesungguhnya telah menghambat perjalanan si roh. Apalagi bila keluarga yang ditinggalkan berupaya menghubungi lewat media. Si roh semakin terhambat perjalanannya. Agar perjalanan si roh lancar, maka butuh bekal.

Bekal yang dibutuhkan

Kematian bukanlah akhir dari kehidupan. Kematian tubuh kita tidak akan membuat kehidupan di dunia ini berakhir. Kehidupan dunia akan terus berlangsung. So, kematian bukan lawan kata hidup tetapi lawan kata kata lahir.  Pemahaman ini yang mesti kita jadikan bekal untuk menghadapi kematian.

Kita juga harus paham atau sadar bahwa sesungguhnya tidak titik henti setelah mati. Yang kita tinggalkan adalah tubuh di dunia ini. Tetapi yang menghuni tubuh tidak mati. Ibarat kendaraan mobil. Mobil rusak harus ditinggalkan oleh sang pemilik atau sopir/driver. Hal ini tidak beda dengan komputer sebagai hardware dan perangkat lunaknya (software).

Inilah yang disebut pengetahuan sejati.  Pengetahuan sejati berarti menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini hanyalah sebagai pengulangan.

Lantas bekal seperti apa yang kita butuhkan?

Dengan pengetahuan sejati tersebut, bagi mereka yang telah memahaminya akan semakin sadar bahwa sesungguhnya kita semua terhubung oleh sesuatu yang abadi yang berada dalam setiap makhluk. Hidup selaras dengan alam berarti kita tidak saling menyakiti. Karena sadar bahwa ada sesuatu yang satu dan sama dalam diri setiap makhluk.

Berbuat kebaikan

Banyak orang berpikir bahwa kita berbuat kebaikan dan berbuat kebaikan selama hidup, termasuk saya dahulu. Namun sesungguhnya berbuat kebaikan pun menjadi beban saat roh meninggalkan badan. Ya selama ini Jiwa invidu yang merupakan percikan Sang Maha Jiwa ingin mengembara ke dunia untuk mengalami ciptaan Nya.

Ketika berbuat kebaikan dengan mengharapkan imbalan, maka ini akan menjadikan beban. Beban tidak bisa melanjutkan evolusi menuju ke Hyang Maha Agung.

Jiwa individu seharusnya sebagai pengendali, tetapi karena kebingungannya sendiri, Jiwa yang bingung ini terjebak  oleh alam pikirannya sendiri sehingga lupa untuk pulang. Bagaikan seorang yang pergi mengembara atau menginap di hotel kemudian lupa pulang. Lucunya saat harus pulang, ia ingin membawa barang-barang hotel. Ia lupa bahwa barang hotel adalah milik hotel, dan tidak boleh dibawa.

Pikiran kita yang selalu mengenang hidup di hotel dunia telah membuat Jiwa individu atau Jiwa bingung selalu ingin kembali menikmati pengalaman tidur di hotel. Berbuat kebaikan pun akan menjadi suatu keterikatan bagi sang Jiwa untuk menyatu kembali ke Sang Sumber Agung. Inilah Mati Sadar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun