Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Amal Saleh Tidak Membuahkan Surga

15 Oktober 2021   08:55 Diperbarui: 15 Oktober 2021   09:02 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Amal Saleh

Perbuatan Amal Saleh masih tidak membuahkan surga atau kebebasan. Surga bukan suatu tempat, tetapi keebebasan dari penderitaan. Keterikatan terhadap kenyamanan duniawi membuahkan neraka atau kesengsaraan. Segala perbuatan memberikan dampak atau akibat. Karena segala perbuatan dapat dipastikan berasal dari keinginan. Keinginan untuk berbuat baik karena sesuatu merupakan bentuk penguatan ego. 'Saya' telah berbuat baik. Di sini penyakitnya....

Ya, ini penyakit kita secara umum. Penyakit juga berarti penderitaan. Dan, penderitaan inilah neraka. Yang mengalami penderitaan adalah pikiran. tetapi tidak mungkin kita menghilangkan pikiran. Pikiran tetap dibutuhkan, namun demikian harus diubah.

Selama masih ada embel-embel: 'Saya atau Aku', maka hilang musnah buah dari perbuatan baik. Landasan kita untuk melakukan kebaikan atas dasar keinginan. Ini yang mengakibatkan kita tidak mendapatkan buah surga; sebagaimana dibahas pada video ini. Kita berteman dengan musuh utama manusia; keinginan.

Keinginan

Keinginan berasal dari pikiran manusia, ranah intelektual. Keinginan kita untuk berbuat baik DEMI mendapatkan surga telah dibalas dengan pujian dan sanjungan dari orang sekitar kita. Dari hukum sebab akibat, hal ini sudah usai; Inilah sebabnya kita belum mendapatkan surga atau kebebasan. Keinginan untuk mendapatkan pujian ketika berbuat baik tidak akan membuahkan kebebasan pikiran. Bahkan, kita akan merasakan sakit hati bila yang menurut kita perbuatan baik tetapi tidak mendapatkan pujian. 

Untuk mengatasinya, kita harus melakukan dengan kesadaran Diri. Dalam buku Atma Bodha by Anand Krishna, disebutkan sebagai berikut:

                    Kegiatan tidak dapat membebaskan diri dari ketidaktahuan, karena kegiatan tidak bertentangan dengan ketidaktahuan..... 

                              Hanya Kesadaran Diri yang dapat melenyapkan ketidaktahuan, sebagaimana cahaya bisa melenyapkan kegelapan...

Segala keinginan pada akhirnya mengakibatkan penderitaan  So, apakah dengan demikian keinginan harus dihilangkan? Ya, keinginan harus berubah menjadi Will Power.

Will Power

Will Power bukanlah keinginan. Will Power merupakan kehendak kuat sementara keinginan masih berupa angan-angan, belum dilaksanakan atau direalisasikan. Kehendak kuat inip ada umumnya muncul dari nurani. Dan yang perlu dikenal adalah bahwa segala yang berasal dari nurani membuahkan hasil yang memberikan manfaat bagi sesama dan lingkungan. Nurani adalah singgasana-Nya

Tidak satu pun perbuatan yang berasal dari nurani berakibatkan perpecahan. Mereka yang mengatakan bahwa perbuatannya yang berbuah perpecahan serta pertentangan berasal dari nuraninya berarti ia belum memahami arti sesungguhnya dari nurani.

Kita sering melakukan perbuatan secara otomatis atau respons cepat. Dan bila kita mau mengamati, pada umumnya respons cepat ini berasal dari sesuatu yang mulia. Namun, bila respons ini kemudian diolah oleh pikiran, maka suara nurani ini sudah tercemar.

Yang perlu diingat bahwa: 'Nurani tidak pernah takut. Yang cepat takut adalah mind, pikiran serta perasaan.' (Atma Bodha by Anand Krishna). Demikian pula bila amal saleh dilakukan secara tidak resposnisf atau bertanggung jawab, maka tidak akan membuahkan surga.

Perbuatan yang berasal dari hati nurani tidak akan mengharapakan balasan, apalagi pujian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun