Di Indonesia, black magic ini lebih dikenal dengan tenung, santet, atau teluh. Dan masih banyak lagi sebutannya. Bukan hanya di Indonesia, tetapi di Asia secara umum mempercayai akan adanya hantu, setan serta ilmu dukun.
Seseorang pernah bercerita, saat ia kuliah di Swiss bahwa hanya orang dari wilayah Asia yang sering bisa melihat hantu di gedung-gedung tua di Eropa. Ini tidak mengherankan, karena orang Asia memiliki referensi tentang hantu.
Saya ingat khayalan saya. Jika memang orang Indonesia sakti dan bisa membunuh orang dengan santet atau teluh, mengapa ketika kita dijajah Belanda tidak dibunuh saja para pemimpin Belanda saat itu dengan santet atau teluh yang dikirimkan dari jauh?
Baca juga: Hari Santet Sedunia, Perlukah Dirayakan?
Getaran/frekuensi dan referensi
Gelombang pikiran atau frekuensi serta referensi/memori yang ada dalam pikiran kita membuat seseorang bisa terkena pengaruh ilmu hitam. Dari sejak kecil kita melihat film atau cerita tentang dukun, santet, ilmu hitam atau ilmu gaib lainnya.
Cerita yang kita dengar melalui telinga serta tontonan film yang kita lihat dengan mata, semuanya terekam dalam otak kita. Adanya memori ini mengakibatkan kita terkena. Ada kesamaan frekuensi...
Baca juga: Festival Santet Banyuwangi, Dari Kota Wisata Kembali Lagi Ke Santet?
Segala yang pernah kita rasakan, dengarkan, lihat, serta cium dengan indra penciuman akan teretam sera tersimpan. Ini semuanya menjadi referensi. Dan bila suatu ketika kita berada tempat yang ada kemiripan dengan yang ada dalam referensi yang kita miliki, maka dengan mudah akan membuat frekuensi gelombang pikiran kita selaras dengan keadaan tersebut.
Frekuensi mempercayai hal yang tidak membuat adanya peningkatan kemuliaan pada diri, kita sebut frekuensi rendah. Getaran atau frekuensi yang menarik kita lebih dalam pada keterikatan. Getaran yang semakin menjauhkan dari tujuan utama kelahiran manusia. Bukan mencari Tuhan, terapi menjadi Tuhan/Ilahi. Penjelasannya bisa dilihat di sini.
Baca juga: Dukun Kekinian: dari Jimat hingga Festival Santet
Bagaimana menghindarinya?
Tidak sulit. Ubahlah frekuensi getaran atau frekuensi pikiran kita. Seseorang yang dengan mudah terkena gendam atau tenung adalah ketika dalam keadaan cemas, takut, bingung. Dalam keadaan ini, orang tersebut sedang memutuskan hubungan dirinya dengan energi alam semesta. Ia memutuskan hubungan dirinya dengan Tuhan. Saat itu, orang tersebut dengan mudah terkena pengaruh ilmu hitam.
Sebaliknya, mereka yang selalu ceria dan tertawa bahagia akan sulit terkena pengaruh ilmu hitam. Frekuensi keceriaan serta bahagia selara dengan sifat alam semesta. So, ketika kita dengan sebenar-benarnya dalam keadaan itu, kita dibanjiri dengan energi alam semesta. Segala hal yang berjaitan dengan ilmi tersebut dengan sendirinya dapat dihindari.
Mungkin ada yang bertanya; 'Bagaimana jika ia mengatakan tidak percaya?'
Ketika ia berkata tidak percaya namun senang membaca atau menonton film horor, sesungguhnya ia percaya. Karena inilah sifat hukum tarik menarik. Bila sungguh-sungguh tidak percaya, ia sama sekali tidak suka mendengar serta menonton film yang berkaitan tentang hal tersebut.
Untuk lebih jelasnya, lihat video di bawah ini:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H