Identifikasi Pseudo
Ketika kita mati, hanya tubuh yang mati. Itupun hanya berubah karena tiada satupun yang lenyap. Perubahan itulah yang abadi. Yang kita kita sebut sebagai manusia terdiri dari tubuh, mind (pikiran & perasaan), serta semua aplikasinya (marah, kecewa, cemas, dendam, dan lainnya). Ini semua akan lahir kembali ke dunia dengan membentuk tubuh baru (www.bhagavadgita.or.id).Â
Selama ini kita anggap ketika meninggal dunia, semua urusan menjadi beres. Roh yang merupakan gugusan pikiran, perasaan serta semua aplikasi buruk/baik akan mencari tubuh baru untuk tetap berevolusi.Â
Pikiran yang dibangun yang dibentuk oleh lingkungan, baik berdasarkan apa yang dibaca atau didengar atau dirasakan dari lingkungan menjadi watak dasar pada kehidupan berikutnya.
Pikiran ini kita sebut intelektual. Intelektual berarti pengetahuan pinjaman; bukan asli bawaan manusia. Pada dasarnya manusia memiliki kodrat selaras dengan alam. Sayangnya, dengan kelahirannya di dunia, sifat asli mengalami perubahan dengan kecendrungan berlawanan dengan sifat alam; kelembutan.
Bertindak tidak selaras alam
Bila kita mau menggali lebih dalam, 'Apakah potensi alami kita?'
Potensi adalah kapasitas individu  yang ada dalam diri. Dan potensi alami bukan hanya individu sebagaimana identifikasi yang disematkan oleh masyarakat atau lingkungan kita. Selama ini kita telah diberikan gelar atau identifikasi palsu sehingga kita lupa potensi alami sejati. Akibatnya banyak penderitaan yang kita rasakan.Â
Akibat lain yang lebih berbahaya dari identifikasi palsu adalah kerusakan alam yang pada ujungnya membuat banyak orang menderita. Misalnya karena keserakahan mengakibatkan bencana alam, longsor, dan bahkan yang bisa membuat bencana global adalah pemanasan global.Â
Berbagai prediksi telah menyebutkan bahwa banyak pulau yang saat ini dihuni akan tenggelam. Kebakaran hutan dan juga banyak orang meramalkan baha suatu ketika bumi ini akan mengalami kekurangan air.
Potensi alami manusiaÂ
Dalam banyak buku peninggalan para suci dan bahkan nabi telah dituliskan bahwa kehadiran manusia di bumi sebagai khalifah; pemelihara alam.Â
Kebanyakan kita tidak memahami arti kata 'manusia' itu sendiri. Kata 'manusia' terdiri dari 2 kata: 'manas' dan 'isya'. 'Manas' berarti pikiran. Dan  'isya' berarti Tuhan atau Ilahi. Bila disatukan memberikan arti gagasan atau pikiran Tuhan. Bukankah Tuhan Maha Pengasih?
So, sejatinya manusia harus penuh rasa kasih dan sayang terhadap sesama makhluk hidup serta lingkungan. Tanpa keberadaan lingkungan, kita semua tidak eksis. Berdasarkan ini, semestinya menusia bertindak mengembangkan nilai kemanusiaanya sebagai potensi yang mulia. Itulah tujuan utama kelahiran manusia ke dunia.
Demikian juga dalam berkarya untuk mencari nafkah tidak hanya memikirkan golongan atau kelompok serta diri sendiri. Dalam setiap pikiran, ucapan serta tindakan senantiasa dilandasi demi kepentingan banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H