Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

New Brain/Neo-cortex Adalah Hardware Kemanusiaannya Manusia....

10 Oktober 2011   19:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:06 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara tegas dalam Alquran disebutkan:


  • "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah...." (Al Qu'ran 3:110)
  • "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang2 miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawatmu, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri"


Sudah banyak petuah dan peringatan para suci. Tidak ada sesuatu yang baru disampaikan. Nothing is new under the sun, kata nabi Sulaeman. Sayang masih banyak saja manusia mengabaikan hardware, neo-cortex yang sudah dibekalkan Allah. Begitu sombongkah manusia yang telah mensia-siakan karunia Ilahiah? Sedikit semangat untuk mengubah cara pandang dengan cara mangoptimalkan neo-cortex, new brain. Karena kebijakan Allah jua, mind dikembangkan oleh Allah sehingga kompatible dengan hardware. Ke duanya sudah pas. Betapa kebesaran Allah.

Ciri yang sudah menggunakan New brain/Neo-cotex:

Melayani sesama manusia berarti melayani Tuhan

Ungkapan ini benar bagi mereka yang melihat Wajah Allah di mana-mana; bagi mereka yang merasakan kehadiran Nya setiap saat; bagi mereka yang sadar bila kita semua berada di dalam Nya.

Bagi mereka yang menempatkan Tuhan jauh di atas, entah dimana, tentunya ungkapan ini kehilangan makna, tidak berbunyi sama sekali. Kemudian. Hubungan kita dengan Tuhan menjadi hubungan vertikal, dari bawah ke atas. Sementara hubungan dengan sesama menjadi horizontal, setara. Maka, berhamba atau mengabdi pada Tuhan tidak sama lagi dengan melayani sesama.

"Melayani sesama berarti melayani Tuhan" adalah ungkapan manusia spiritual yang tidak lagi terpengaruh oleh peta-peta yang serba membatasi dan membingungkan.

Ungkapan ini adalah pegangan bagi mereka yang telah mengubah setiap pekerjaannya-sekecil atau sebesar apa pun- menjadi ibadah. Ungkapan ini adalah pedoman hidup mereka yang beribadah dengan melayani sesama.

Mereka-mereka adalah para jivan-mukta- jiwa bebas merdeka- yang sudah tidak terperangkap oleh batas-batas manusia. Mereka berkarya demi kebaikan semua, kebahagiaan semua. Sebab itu, mereka selalu bahagia, selalu ceria.

Kesulitan tidak pernah mematahkan semangat mereka. Guncangan sebesar apa pun tidak mampu meluluhkan mereka. Bagaimana bisa? Walau tetap berbadan, jiwa mereka sudah manunggal dengan semesta, maka kekuatan mereka adalah kekuatan alam semesta (Karma Yoga by Anand Krishna, www.booksindonesia.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun