Mohon tunggu...
Hensi Margaretta
Hensi Margaretta Mohon Tunggu... Konsultan - Pendidik, Trainer, Konsultan, Professional Coach

Fasilitator Sekolah Penggerak Angkatan 2, International Certified of Master Trainer of Education, Master Trainer of FIRST-ADLX, Associate Consultant of NICE Indonesia, ROOTs Consultant

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Sistem Pendidikan yang Agile

21 Februari 2022   18:04 Diperbarui: 21 Februari 2022   18:05 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Istilah agile dan agility sangat populis bagi manajemen perusahaan. Secara harfiah, agile berarti tangkas. Kalau didefinisikan agility merupakan ketangkasan, kegesitan, kelincahan, ketangguhan dalam menghadapi suatu kondisi. 

Kunci agility sesungguhnya adalah paradigma bertahan. Kemampuan bertahan dalam kondisi apapun, kemampuan mempelajari dan memahami hal-hal baru, dan kemampuan berprestasi dalam kondisi apapun. Menjadi agile berarti membuat kehidupan berlanjut dan lestari.

Change or Die

Kondisi dunia saat ini sedang menghadapi VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity). Cirinya adalah kondisi dunia yang cepat berubah, banyak ketidakpastian, semua serba pelik, dan kondisi yang tidak bisa ditebak.

Perubahan ini akibatnya mempengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Ketidakpastian dan perubahan kondisi dunia yang cepat dan unpredictable sangat mempengaruhi sistem pendidikan yang ada di dunia, termasuk sistem pendidikan di Indonesia. 

Ada istilah yang menarik, yaitu change or die. Berubah atau mati. Jika perubahan tersebut tidak direspon dengan baik maka organisasi, termasuk dunia pendidikan menjadi tidak berkembang alias mati. 

Maka, sudah saatnya dunia pendidikan yang ada merespon perubahan itu dengan sistem pendidikan yang lebih lincah dan adaptif dengan perubahan yang terjadi. Sudah saatnya dunia pendidikan yang ada di Indonesia berbenah ke arah yang lebih baik mengikuti perkembangan yang terjadi di sekitarnya.

Agility dan Dunia Pendidikan

Dunia tidak dapat diprediksi, begitupun dengan sistem pendidikan. Dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat tentunya mengakibatkan berkembangnya pola pikir setiap orang, begitu juga dengan siswa di sekolah. Cara belajar siswa pun tidak dapat disamakan dengan cara belajarnya orang tua dahulu di zamannya. Semuanya mengalami perubahan seiring dengan perubahan zaman.

Pendidikan saat ini mau-tidak-mau harus lebih adaptif, terkoneksi, dan lebih mandiri. Dalam dunia agile, pemimpin sekolah harus berkolaborasi lebih banyak dengan guru, orang tua dan murid untuk membentuk sistem pendidikan yang sesuai dan dibutuhkan oleh para siswa. 

Sebagai pemimpin, kepala sekolah perlu menjadikan dan mendorong guru untuk menyampaikan peran belajar yang lebih baik bagi siswanya. Hal ini tentu saja memerlukan proses dan banyak eksperimen sampai mendapatkan hasil yang diinginkan. Tentu saja kita harus memahami bahwa tidak ada ukuran yang sama yang cocok untuk semuanya bagi pembelajaran di sebuah sekolah. 

Selain itu, pemimpin sekolah hendaknya membuat suasana kondusif bagi guru untuk dapat mengatur dan menciptakan kesempatan belajar, suasana belajar yang kondusif buat semuanya. Guru juga perlu diberikan ruang untuk lebih leluasa mengatur pembelajaran yang tepat bagi anak didiknya di kelas.

Lebih dari itu, pemimpin sekolah hendaknya membuat suasana bagi guru-guru untuk dapat mengatur dan menciptakan kesempatan belajar, suasana belajar yang kondusif buat semuanya. 

Penutup

Agile dalam pendidikan akan melahirkan pengalaman belajar yang lebih baik. Dalam mindset yang agile akan mendorong setiap unsur di sekolah baik kepala sekolah, karyawan, guru, dan siswa untuk berkolaborasi menghasilkan proses belajar yang lebih bermakna. 

Palembang, 21 feb 22 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun