Istilah agile dan agility sangat populis bagi manajemen perusahaan. Secara harfiah, agile berarti tangkas. Kalau didefinisikan agility merupakan ketangkasan, kegesitan, kelincahan, ketangguhan dalam menghadapi suatu kondisi.Â
Kunci agility sesungguhnya adalah paradigma bertahan. Kemampuan bertahan dalam kondisi apapun, kemampuan mempelajari dan memahami hal-hal baru, dan kemampuan berprestasi dalam kondisi apapun. Menjadi agile berarti membuat kehidupan berlanjut dan lestari.
Change or Die
Kondisi dunia saat ini sedang menghadapi VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity). Cirinya adalah kondisi dunia yang cepat berubah, banyak ketidakpastian, semua serba pelik, dan kondisi yang tidak bisa ditebak.
Perubahan ini akibatnya mempengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Ketidakpastian dan perubahan kondisi dunia yang cepat dan unpredictable sangat mempengaruhi sistem pendidikan yang ada di dunia, termasuk sistem pendidikan di Indonesia.Â
Ada istilah yang menarik, yaitu change or die. Berubah atau mati. Jika perubahan tersebut tidak direspon dengan baik maka organisasi, termasuk dunia pendidikan menjadi tidak berkembang alias mati.Â
Maka, sudah saatnya dunia pendidikan yang ada merespon perubahan itu dengan sistem pendidikan yang lebih lincah dan adaptif dengan perubahan yang terjadi. Sudah saatnya dunia pendidikan yang ada di Indonesia berbenah ke arah yang lebih baik mengikuti perkembangan yang terjadi di sekitarnya.
Agility dan Dunia Pendidikan
Dunia tidak dapat diprediksi, begitupun dengan sistem pendidikan. Dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat tentunya mengakibatkan berkembangnya pola pikir setiap orang, begitu juga dengan siswa di sekolah. Cara belajar siswa pun tidak dapat disamakan dengan cara belajarnya orang tua dahulu di zamannya. Semuanya mengalami perubahan seiring dengan perubahan zaman.
Pendidikan saat ini mau-tidak-mau harus lebih adaptif, terkoneksi, dan lebih mandiri. Dalam dunia agile, pemimpin sekolah harus berkolaborasi lebih banyak dengan guru, orang tua dan murid untuk membentuk sistem pendidikan yang sesuai dan dibutuhkan oleh para siswa.Â
Sebagai pemimpin, kepala sekolah perlu menjadikan dan mendorong guru untuk menyampaikan peran belajar yang lebih baik bagi siswanya. Hal ini tentu saja memerlukan proses dan banyak eksperimen sampai mendapatkan hasil yang diinginkan. Tentu saja kita harus memahami bahwa tidak ada ukuran yang sama yang cocok untuk semuanya bagi pembelajaran di sebuah sekolah.Â