Namun beberapa Kiyai yang menjadi tangan kanan Ki Wasyid, ternyata mereka ikut ke Batavia sebagai tahanan termasuk di dalamnya adalah Kiyai Furqon, Sang Guru Bayu Gandana.Â
*****
Masjid Pasir Angin, Pandeglang selama ini digunakan masyarakat sebagai untuk menentukan strategi perlawanan menghadapi penjajah.Â
Bayu akhirnya tiba di Masjid itu, setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu dua pekan. Dari Anyer anak muda ini ikut Kereta Pengangkut hasil bumi rampasan, menyamar sebagai buruh angkut barang, melalui jalan Raya Pos.Â
Jalan ini dikenal dengan rute membentang dari Anyer ujung Barat menuju Panarukan, ujung Timur Pulau Jawa, hasil karya Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Herman Willem Daendels tahun 1811.Â
Daendels adalah Gubernur yang mencaplok Banten menjadi wilayah kekuasaannya dan membubarkan Kesultanan Banten sehingga menimbulkan perlawanan rakyat Banten semakin membara.Â
Jalan Raya Pos dibangun dengan darah dan keringat rakyat pribumi, korban kerja paksa yang diterapkan pemerintah kolonial saat itu. Sepanjang perjalanan itu Bayu membayangkan penderitaan rakyat Banten yang dipaksa bekerja dengan taruhan nyawa.Â
Setelah turun di Dusun Dalung Serang, Bayu melanjutkan perjalanan menuju arah Selatan melewati beberapa dusun. Akhrnya tiba di Dusun Pasir Angin, Desa Pager Batu, Pandeglang.Â
Masjid Pasir Angin terletak di kaki Gunung Karang. Bangunannya unik, berdiri dengan banyak menggunakan kayu. Masjid ini saksi sejarah perjuangan rakyat Pandeglang melawan penjajah.Â
Usai Isya, beberapa santri berkumpul membicarakan situasi terbaru di Penjara Menes. Bayu juga ikut dalam diskusi tersebut setelah memperkenalkan diri.Â
"Saya sedang mencari Kiyai Furqon, guru saya di Padepokan Bayu Suci Anyer Kidul. Waktu peristiwa Cilegon, beliau ikut tertangkap." Jelas Bayu saat pimpinan Masjid menanyakan niat kedatangannya ke Pandeglang.Â