Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahasia Tahanan di Penjara Menes Pandeglang

21 Januari 2025   02:59 Diperbarui: 1 Februari 2025   09:44 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika itu, para petani Banten melakukan perlawanan sengit ketika tanah-tanah mereka diserobot penjajah Belanda. Puncakya terjadi di Cilegon ketika mereka memberontak dipimpin oleh Ki Wasyid yang dikenal dengan peristiwa Geger Cilegon. 

Kerusuhan itu sangat memprihatinkan masyarakat, apalagi sisa-sisa kehancuran akibat meletusnya Krakatau yang meratakan Tanah Banten, masih terasa. 

Usai letusan Krakatau itu, masyarakat di sana harus kembali dari awal membangun puing-puing bangunan dan lahan pertanian agar mereka bisa menjalani kehidupan kembali. 

Lima tahun kemudian setelah mereka berhasil, malah pemerintah Kolonial mulai sewenang-wenang terhadap para petani dengan menyerobot tanah mereka beserta hasil panennya. 

Peristiwa itu diawali ketika para santri asuhan Ki Wasyid yang berjumlah 100 orang, bergerak dari tempat Haji Ishak, salah satu ulama kepercayaan Ki Wasyid untuk menyerang rumah residen Francois Dumas di kantor asisten residen Cilegon. 

Sementara para santri lainnya berkumpul di Pasar Jombang Wetan, menunggu komando dari Ki Wasyid. Begitu juga beberapa santri sudah siap beraksi dipimpin oleh Lurah Jasim. Bergabung dengan para santri Haji Abdulgani, Haji Usman dan Haji Tubagus Ismail. 

Penyerangan tersebut difokuskan untuk pembebasan tahanan politik. Merebut kepatihan, rumah asisten residen Cilegon.  Sungguh ini adalah peristiwa heroik yang menjadi catatan sejarah rakyat Banten. 

Geger Cilegon tersebut terjadi tahun 1888, sampai akhirnya Ki Wasyid tertangkap dan dijebloskan ke penjara yang dirahasiakan Pemerintah Kolonial. 

Bayu bersyukur, banyak ilmu didapatkan dari Padepokan Ki Wasyid. Anak muda ini adalah salah satu dari ribuan santri yang belajar Quran bidang Ilmu Tafsir. 

Semangat Bayu berguru di padepokan itu karena gurunya, Kiyai Furqon juga salah satu Kiyai yang sempat belajar Ilmu hikmah Kitab Suci Al Quran di sana. 

Bayu merasakan kesedihan mendalam ketika Kiyai Furqon ikut tertangkap bersama para Kiyai lainnya. Kabar terakhir dari para santri yang melihat langsung saat penangkapan itu, Ki Wasyid ditahan di penjara yang ada di Batavia sedangkan Kiyai lainya ditahan di penjara Menes Pandeglang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun