Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sekilas Dunia Riset Industri Gula Nasional

6 Desember 2024   22:35 Diperbarui: 9 Desember 2024   15:59 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tebu yang siap digiling di pabrik gula (Sumber Foto Dokumen Pribadi). 

Berbicara tentang skripsi mari sejenak mengikuti kilas balik waktu mahasiswa dulu, tentu saja momen-momen itu sangat berkesan karena penuh dengan suka duka perjuangan yang melelahkan. 

Namun tetap harus disyukuri karena Tuhan selalu memberikan keberuntungan ketika permohonan untuk melakukan Praktek Kerja di PT Petrokimia Gresik sekaligus mencari data penelitian untuk skripsi mendapatkan persetujuan. 

Setelah bekerja keras selama 3 bulan akhirnya bahan penelitian untuk skripsi berhasil dikumpulkan yaitu tentang efisiensi penambahan bahan pembantu Hidrokinon di Unit Produkti Pupuk ZA (Ammonium Sulphate). 

Suka dan duka dalam pengumpulan data penelitian menjadi kenangan tersendiri. Begitu juga saat menyusun skripsi yang harus bolak balik menghadap Pembimbing karena banyak dengan koreksi. 

Apalagi zaman saat itu belum ada fasilitas laptop seperti sekarang. Sekarang data dan draft tulisan bisa disimpan dalam laptop dan kapan saja bisa membuka file tersebut untuk perbaikan hasil koreksi pembimbing. 

Namun saat itu, tahun 80-an untuk membuat tulisan draft skripsi masih menggunakan mesin tik konvensional, dengan 11 jari lagi. Repotnya setengah mati karena banyak salah ketik. 

Harus penuh dengan kesabaran ketika draft skripsi yang berlembar-lembar itu harus di tik ulang karena penuh dengan coretan koreksi dari Pembimbing. 

Pengalaman banting tulang membuat skripsi dari penelitian sampai dengan penyusunan dan diakhiri ujian skripsi di depan para Dosen Penguji, merupakan pengalaman berharga sebagai bekal untuk bekerja di dunia penelitian. 

Dunia riset di Negeri ini sampai sekarang masih jauh dari harapan untuk maju. Hal ini ditinjau dari sisi anggarannya saja sangat minim dibandingkan anggaran penelitian negara-negara ASEAN misalnya Malaysia dan Singapore. 

Ada catatan dari data Bank Dunia yang menyebutkan bahwa rata-rata selama 10 tahun terakhir persentase anggaran riset di Indonesia sangat kecil yakni hanya 0,22% dari PDB. 

Angka ini kalah jauh dibandingkan dengan Singapura (1,98%), Malaysia (1,15%) bahkan jauh sekali dibandingkan dengan China (2,08 persen) sepert dikutip dari CNBCIndonesia.com (12/11/23).  

Apa artinya dengan angka-angka tersebut? Itu adalah fakta bahwa Pemerintah masih belum memperhatikan dunia riset sebagai bidang yang menjadi andalan bagi pembangunan Indonesia. 

Sangat memprihatinkan bagi para periset yag ada di Negeri ini. Anggaran yang kecil adalah kabar duka bagi periset yang bisa menjadi kendala dalam mengembangkan dunia riset Nasional dalam mencetak teknologi bagi kemajuan pembangunan berkelanjutan. 

Sekilas Dunia Riset Industri Gula Nasional 

Sebelum purna tugas pada tahun 2011, selama 29 tahun berkecimpung dalam dunia penelitian di bidang pasca panen industri gula, meninggalkan kenangan yang membekas dalam suka dan duka. Catatan yang terpatri dengan kuat di lubuk hati terdalam. 

Sejauh ini dinamika dunia penelitian di pergulaan Nasional mengalami naik turun seiring dengan kebijakan Pemerintah. Apalagi Puslit untuk komoditas gula di Pasuruan ini statusnya bukan institusi Pemerintah. 

Puslit yang berdiri tahun 1887 sejak zaman kolonial Belanda yang bernama Proefstation Oost Java atau POJ. Namun anehnya hingga saat ini tidak pernah diambil alih Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian atau Kementerian BUMN. 

Statusnya saat ini adalah perusahaan perseroan yang ada di bawah PT RPN (Riset Perkebunan Nasional). Sebelumnya pada era tahun 1980 sampai akhir tahun 2000 sempat ada di bawah kelola dari Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. 

Kendati ada di luar Pemerintah tetapi kiprahnya dalam penelitian industri gula memiliki peran yang cukup berarti di tengah keterbatasan dana penelitian. Pusat Peneltian Perkebunan Gula Indonesia yang disingkat P3GI ini lebih banyak melakukan penelitian yang sifatnya aplikatif bukan riset dasar lagi. 

Beberapa hasil penelitian yang saat ini langsung diaplikasikan dalam dunia industri gula Nasional adalah temuan beberapa hasil rakitan varietas tebu unggul, pengelolaan air limbah dan pemafaatan limbah padat untuk pupuk organik, diversifikasi produk untuk pembuatan Bioetanol.   

Penelitian Varietas Tebu Unggul

Penelitian tentang perakitan varietas tebu unggul terus dilakukan sebagai kegiatan riset on farm dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan petani tebu di lokasi kebun tebu mereka.  Saat ini sudah cukup banyak varietas tebu unggul komersia sebagai hasil rakitan. 

Pada akhir tahun 2022 saja ada 6 varietas baru telah dilepas menjadi varietas bina dan saat ini dalam proses pengembangan untuk benih dalam jumlah yang lebih banyak. 

Varietas-varietas tersebut adalah jenis tebu dengan kode PSBM 971, PSNX 052, PSNXI 943, PS Nusantara 053, PSKA 062 dan PSKA 095. Beberapa diantaranya masih dilakukan uji multilokasi yang cocok untuk area kondisi setempat. 

Lembaga riset yang berkedudukan di Pasuruan ini dengan dukungan penuh dari PTPN Group dalam hal ini PT Sinergi Gula Nusantara mendukung penuh dalam mengembangkan varietas unggul melalui PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN) dengan Unit Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). 

Terbaru pada tahun 2024, tim peneliti berhasil merilis 4 Varietas Tebu yang siap diaplikasikan dalam Industri Gula Nasional. Varietas-varietas tersebut adalah PS 08-208 (PS Nusantara 081), PS 08-245 (PS Nusantara 082), PS 08-305 (PS Nusantara 083) dan PS 08-327 (PS Nusantara 084). 

Riset Off Farm, Diversifikasi Produk dan Pengelolaan Limbah 

Selain riset aplikatif yang sifatnya on farm, riset off farm juga dilakukan untuk memperbarui teknologi proses di pabrik. Tidak kalah pentingnya adalah pengembangan diversifikasi produk dan pengelolaan limbah. 

Pabrik-pabrik gula di Indonesia sebagian besar adalah peninggalan Belanda yang usianya sudah tua. Oleh karena itu diperlukan beberapa pembaruan mesin-mesin dengan yang lebih mutakhir dan penerapan teknologi terbaru. 

Efisiensi energi menjadi bagian penting untuk menciptakan biaya produksi yang kompetitif sehingga bisa mendapatkan laba perusahaan sesuai target. 

Begitu pula diversifikasi produk dengan memanfaatkan hasil samping seperti ampas tebu untuk bahan bakar ketel, blotong (filter cake), abu ketel yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk kompos. 

Sedangkan molases yang selama ini dijual kepada perusahaan MSG seperti Ajinomoto, sekarang dimanfaatkan sendiri oleh pabrik gula sebagai bahan baku pabrik Bioetanol milik PT Perkebunan Nusantara. 

Limbah cairnya dari pabrik juga dimanfaatkan sebagai air irigasi setelah melewati proses pengelolaan limbah cair. Beberapa PG sudah mengaplikasikan teknologi temuan P3GI yang disebut Sistem Aerasi Lanjut. 

Swasembada Gula Nasional 

Pemerintah saat ini terus berupaya melakukan percepatan untuk meningkatkan produksi maupun produktivitas tebu demi tercapainya swasembada gula nasional pada tahun 2028. 

Hal ini dilakukan sesuai dengan tindak lanjut dari Perpres Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan bioethanol sebagai bahan bakar nabati (biofuel). 

Dukungan teknologi dari mulai temuan varietas-varietas tebu baru, teknologi terapan di bidang off farm, diversifikasi produk salah satunya adalah produksi bioetanol sebagai bahan bakar nabati. Demikian pula pengolahan limbah cair yang bisa dikembalikan sebagai air irigasi ke area kebun tebu. 

Ditengah kendala anggaran yang minim tetapi diharapkan dengan dukungan teknologi terapan yang sudah diaplikasikan dengan baik di seluruh pabrik gula, maka bisa bermuara pada produktivitas pabrik meningkat dan muaranya adalah swasembada gula. Semoga. 

@hensa17. 

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun