Bagi saya, Kompasiana adalah bagian dari kehidupan yang tidak terpisahkan dari kisah-kisah yang telah saya jalani. Peran dan dampak Kompasiana yang dikembangkan oleh PT. Kompas Cyber Media sejak 22 Oktober 2008, sangat besar bagi dunia literasi saya.Â
Sejenak mengingat kembali sebuah kenangan yang tidak mungkin terlupakan, bagaimana saya bisa bergabung bersama Kompasiana saat itu.Â
Pada tahun 2011, saya diminta Ibu (Almarhumah wafat tahun 2015), untuk pensiun dini agar bisa menemani beliau pada hari tuanya. Sesungguhnya saya masih punya 5 tahun lagi untuk pensiun normal di usia 60 tahun.Â
Namun demi Ibu tercinta, maka saya mengabulkan permintaa Beliau untuk pensiun dini saat itu, agar bisa menemani Ibu dalam kesehariannya. Sejak saat itu maka setiap hari aktivitas saya adalah menemani Ibu, misalnya setiap awal bulan mengantar Ibu mengambil uang pensiun di BRI.Â
Menemani Ibu berbelanja di Supermarket atau jalan-jalan keliling kota hanya sekedar melepas kebosanan dan mencari suasana yang berbeda.Â
Begitu banyak waktu yang saya miliki saat-saat purnakarya pada awal-awal tersebut. Selain waktu yang digunakan untuk menemani Ibu kapanpun, juga ada waktu untuk membaca berita-berita hangat aktual dan karya-karya fiksi di media online, antara lain adalah di media online Kompasiana.Â
Banyak artikel yang berbobot yang ada di Kompasiana yang disajikan dalam format populer atau semi ilmiah. Bahkan tidak sedikit juga artikel yang ringan untuk dibaca tapi tetap dengan tidak meninggalkan mutunya.Â
Saya akhirnya tertarik untuk menjadi kontributor di Kompasiana yang kemudian saya wujudkan mendaftar pada 4 Mei 2012 sebagai awal menjadi Kompasianer.Â
Sejak bergabung saat itu, kini saya sudah memiliki 3510 artikel dengan keterbacaan sebanyak 2,6 juta viewer dan 31 ribu 517 komentar sebagai respon para pembaca.Â
Namun itu hanya sekedar angka-angka saja yang bisa dicapai oleh siapapun asal mereka rajin menulis di Kompasiana dan rajin juga melakukan blogwalking mengunjungi artikel rekan-rekan sesama Kompasianer. Â
Kompasiana sebagai platform yang berbasiskan user-generated content seperti media sosial pada umumbya, selalu memberikan kemudahan bagi para Kompasianer untuk mengisi setiap rubrik yang ada di sana.Â
Setiap konten yang dibuat oleh Kompasianer, baik artikel, foto, video, maupun komentar dalam artikel, dengan mudah bisa ditayangkan langsung oleh siapapun yang telah memiliki akun di Kompasiana.
Minat menulis fiksi yang saya sukai sejak SMP dulu akhirnya bisa dilampiaskan sepenuhnya melalui Kompasiana. Meskipun karya fiksi saya berupa cerpen, cerber dan puisi yang tayang di Kompasiana sangat jauh dari segi kualitas, tetapi saya benar-benar menikmati sebagai penulis fiksi saat itu.Â
Sebagai bukti bahwa karya fiksi saya masih recehan adalah sampai saat ini selama 12 tahun menjadi Kompasianer, karya fiksi saya hanya ada dua cerpen dan satu puisi yang mendapatkan status Headline.Â
Ombak Putih Selat Sunda, cerpen tahun 2016 dan Puber Kedua di Bulan Desember, cerpen tahun 2020 seta Kesendirian di Tengah Keheningan Dini Hari, puisi tahun 2021. Â
Tiga karya fiksi yang membuat saya sangat berkesan karena dihargai sebagai karya fiksi yang mendapatkan label Artikel Utama, hanya atas kemurahan Admin Kompasiana.Â
Mengingat karya-karya fiksi saya yang masih abal-abal, maka pada masa mendatang mungkin akan sulit karya fiksi saya yang bisa mendapatkan kembali meraih label terhormat tersebut.Â
Selain menulis fiksi sebagai bentuk berkreasi membuat konten untuk Kompasiana, saya juga menulis di rubrik olah raga terutama dalam kanal sepak bola dan bulutangkis.Â
Banyak artikel sepak bola dan bulutangkis yang sudah tayang di Kompasiana, tetapi itu bukan berarti saya adalah pundit yang ahli sebagai pakar sepak bola, tetapi hanya sekedar pengamat amatir saja.Â
Artikel-artikel tersebut yang selama ini tayang di Kompasiana, hanya sebagai wujud kebahagiaan saya bisa beraktivitas untuk mengisi hari-hari pensiun dengan berkarya sekaligus berperang terhadap kepikunan yang kerap mengancam para Lansia.Â
Kompasiana telah berdampak besar pada usianya yang ke-16, telah banyak membantu membahagiakan para Lansia yang bisa menyalurkan hobi menulisnya di platform media sosial berbentuk blog. Â
Berbicara tentang Kompasianer favorit, maka saya dengan mudah menyebutkan bahwa sosok Tjiptadinata Effendi dan Roselina Tjiptadinata adalah pasangan Kompasianer yang menjadi favorit saya.
Beliau berdua adalah sosok-sosok yang memberikan inspirasi dalam hal berkarya. Walaupun usia sudah menginjak 80 tahun bagi keduanya, tetapi tetap semangat berkarya dan terus menyala setiap harinya.Â
Artikel-artikel beliau berdua yang berjumlah ribuan artikel, sangat berbobot dan menginspirasi bagi semua Kompasianer karena mereka menulis setiap artikel berdasarkan pengalaman hidup yang sudah mereka jalani.Â
Kompasiana bagi saya benar-benar tempat yang membahagiakan bisa menemani keseharian dengan penuh gembira. Setiap pagi Pensiunan yang sudah Lansia ini, menulis ditemani secangkir kopi panas penuh dengan semangat berkarya.Â
Dirgahayu Kompasiana yang ke-16 tahun. Semoga tetap hadir di tengah-tengah kami dengan semangat tinggi bagi kemajuan dunia literasi bagi Negeri ini.Â
Salam Kompasiana @hensa17.Â
#Dirgahayu16TahunKompasiana
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI