Pertama kali aku bertemu dengan wanita berambut pirang itu ketika berpapasan di koridor lantai dua dari arah Ruangan Direktur Muda Penelitian. Mungkin wanita berambut pirang itu adalah tamu dari Pak Dr Arsha Akbar.Â
Saat berpapasan, dia sempat tersenyum dan akupun mengangguk sopan. Wanita Barat tinggi semampai itu tampak masih berusia muda mungkin sama dengan usiaku yang baru mau menginjak kepala tiga dan sepertinya belum menikah sepertiku.Â
Sore itu aku terkejut ketika melihat wanita berambut pirang itu asyik duduk di Ruang Baca Perpustakaan. Dia tengah asyik membaca buku lama berbahasa Belanda.Â
Aku harus melewati meja bacanya untuk menuju rak buku yang aku tuju. Wanita itu melihatku dan aku mengangguk sambil tersenyum. Dia juga membalas senyumku.Â
Di balik rak buku-buku tua itu, ada ruang baca tempat aku berselancar memburu ilmu lewat buku-buku tua peninggalan Kolonial Belanda. Sebagian buku-buku itu berbahasa Belanda tapi ada juga yang berbahasa Inggris.Â
Kendala yang menjadi tantanganku adalah buku-buku berbahasa Inggris sebagian besar terbitan terbaru sedangkan bukur-buku lama lebih banyak yang berbahasa Belanda. Â
Rak buku tertata rapi menempel dinding ruangan di kiri dan kanan. Sedangkan di tengah ada rak buku yang memisahkan antara ruang baca yang memiliki satu meja dengan dua kursi.Â
Sebagai seorang peneliti yang baru saja diterima sebagai pegawai baru di sebuah Lembaga Riset Gula Nasional, maka dalam 3 bulan masa percobaan ini aku mendapat tugas melakukan review tentang industri gula pada zaman kolonial.Â
Selain itu, kesibukan lain yang juga menyita waktuku adalah membenahi Labratorium Instrumentasi yang baru saja kedatangan alat-alat baru yang harus dikalibrasi.Â
Hampir setiap hari aku harus melakukan pengawasan intensif dan uji coba yang terprogram dengan peralatan canggih yang baru tersebut.Â