"Ayah ingin kamu menjadi lelaki tangguh, tanggung jawab dan mencintai keluarga." Demikian pesan Ayahandanya sesaat setelah hukuman itu berakhir. Â
Ayah dan Ibu adalah sosok-sosok panutan bagi Hendarno. Ayah dan Ibu adalah keteladanan yang sempurna bagi kehidupan Hendarno. Mereka selalu mengajarkan kasih sayang dalam hidupnya.Â
Bagi lelaki 80 tahun itu merasakan rasa syukur justru pada saat-saat kritis ini. Dirinya masih bisa mengingat kembali segala petuah dan wejangan serta keteladanan dari Ayah dan Ibunya.Â
Berharap renungan tentang petuah Ayah Ibunya menjadi bekal untuk menghadapi segala rintangan yang mungkin akan dihadapinya di depan nanti.Â
Semoga merenung pada saat-saat akhir ini masih bisa berfaedah. Hendarno ingat akan sabda Rasulullah bahwa merenung sesaat jauh lebih baik daripada beribadah selama setahun.Â
Hendarno yakin Tuhan sangat menghargai mereka yang selalu merenung tentang kejadian-kejadian di langit dan di bumi. Juga merenugkan tentang hati yang harus bersih.Â
Renungan yang ada pada diri manusia, pada alam-alam malakut yang tidak pernah terjangkau secara kasat mata. Hendarno baru menyadari tentang hal itu, tetapi dia yakin ini belum terlambat untuk memohon ampunanNya.Â
Tiba-tiba ruangan rawat itu penuh dengan isak tangis. Alunan bacaan ayat-ayat Al Quran berkumandang terdengar nyaman di telinga Hendarno, sungguh sangat menenteramkan.Â
Hendarno merasakan denyut jantungnya mulai melemah. Terdengar isak tangis di ruang rawat itu semakin penuh dengan air mata di tengah-tengah alunan ayat Al Quran yang damai.Â
Sejenak lelaki tua itu merenung dalam-dalam, mencoba memahami apa yang tengah terjadi. Tetiba ada seberkas cahaya mendekat. Hendarno mencoba bertanya dalam hati, ini cahaya dari mana. Â
Lelaki tua renta itu tidak tahu bahwa cahaya yang datang itu adalah Izrail dari Alam Malakut, untuk menjemputnya.Â
Sindangpalay 1 Agustus 2024.Â