Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cahaya

1 Agustus 2024   16:24 Diperbarui: 1 Agustus 2024   16:25 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Shutterstock

"Ayah ingin kamu menjadi lelaki tangguh, tanggung jawab dan mencintai keluarga." Demikian pesan Ayahandanya sesaat setelah hukuman itu berakhir.  

Ayah dan Ibu adalah sosok-sosok panutan bagi Hendarno. Ayah dan Ibu adalah keteladanan yang sempurna bagi kehidupan Hendarno. Mereka selalu mengajarkan kasih sayang dalam hidupnya. 

Bagi lelaki 80 tahun itu merasakan rasa syukur justru pada saat-saat kritis ini. Dirinya masih bisa mengingat kembali segala petuah dan wejangan serta keteladanan dari Ayah dan Ibunya. 

Berharap renungan tentang petuah Ayah Ibunya menjadi bekal untuk menghadapi segala rintangan yang mungkin akan dihadapinya di depan nanti. 

Semoga merenung pada saat-saat akhir ini masih bisa berfaedah. Hendarno ingat akan sabda Rasulullah bahwa merenung sesaat jauh lebih baik daripada beribadah selama setahun. 

Hendarno yakin Tuhan sangat menghargai mereka yang selalu merenung tentang kejadian-kejadian di langit dan di bumi. Juga merenugkan tentang hati yang harus bersih. 

Renungan yang ada pada diri manusia, pada alam-alam malakut yang tidak pernah terjangkau secara kasat mata. Hendarno baru menyadari tentang hal itu, tetapi dia yakin ini belum terlambat untuk memohon ampunanNya. 

Tiba-tiba ruangan rawat itu penuh dengan isak tangis. Alunan bacaan ayat-ayat Al Quran berkumandang terdengar nyaman di telinga Hendarno, sungguh sangat menenteramkan. 

Hendarno merasakan denyut jantungnya mulai melemah. Terdengar isak tangis di ruang rawat itu semakin penuh dengan air mata di tengah-tengah alunan ayat Al Quran yang damai. 

Sejenak lelaki tua itu merenung dalam-dalam, mencoba memahami apa yang tengah terjadi. Tetiba ada seberkas cahaya mendekat. Hendarno mencoba bertanya dalam hati, ini cahaya dari mana.  

Lelaki tua renta itu tidak tahu bahwa cahaya yang datang itu adalah Izrail dari Alam Malakut, untuk menjemputnya. 

Sindangpalay 1 Agustus 2024. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun