Jarak sekitar 5 km itu lumayan lama ditempuh Bayu walaupun dirinya telah mengerahkan ilmu berlari di atas rumput, sejenis ilmu meringankan tubuh yang tingkatannya sangat tinggi.Â
Dari Padepokan Anyer Kidul, Bayu Gandana adalah salah satu murid KH Furqon yang mampu menguasai ilmu tersebut dengan baik. Tidak semua murid-murid di padepokan tersebut bisa menguasai ilmu langka itu.Â
Akhirya menjelang Maghrib, Bayu tiba di depan Vihara yang menjadi tujuannya. Gerbangnya dengan beratap hiasan dua naga yang memperebutkan mustika Sang Penerang.Â
Vihara tersebut bercat warna merah yang mendominasi semua bangunannya. Suasana sepi di sekitanya hanya tercium bau dupa yang menyengat hidung. Suasana mistis sangat terasa pada senja kala menyambut kegelapan malam itu.Â
Bayu mendekati pintu gerbang yang tidak terkunci. Pemuda itu mendorong pintu gerbang yang terasa berat lalu masuk menuju ruang dalam.Â
Bayu tidak menemukan satu orang pun di sana setelah mencari ke semua sudut-sudut ruangan Vihara tersebut. Akhirnya Bayu menuju ruangan yang biasa dijadikan tempat beribadah dengan sebuah altar.Â
Vihara ini dengan altar Dewi Kwan Im sebagai Altar utamanya. Bayu melihat pada Altar tersebut ada patung Dewi Kwan Im yang berusia hampir sama dengan bangunan vihara tersebut.Â
Begitu pula pada sisi samping kanan dan kiri juga terdapat patung dewa-dewa yang berjumlah 16 patung dan tiang batu yang berukiran sebuah naga.Â
Bayu sangat takjub dengan sebuah bangunan yang sangat indah dan terawat dengan baik selama berabad-abad, demikian pikir aak muda ini.Â
Berada di sana Bayu masih mengharapkan ada orang yang datang menemuinya tetapi hingga dia tertidur karena kecapaian tidak satupun ada orang yang datang.Â
Mungkin sudah hampir dua tiga jam Bayu tertidur ketika pemuda itu merasa tubuhnya disentuh sebuah tangan yang sangat lembut. Bayu membuka mata perlahan dan seketika dirinya terpana karena di hadapannya ada seorang gadis cantik.Â