Keakraban itu juga merupakan nikmat besar yang tidak mudah bisa dirasakan oleh hamba-hamba Allah. Hanya hamba yang terpilih yang bisa merasakan makna besar dari rasa bersyukur.Â
Kedudukan bersyukur adalah ibadah yang memiliki level tinggi di hadapan Allah. Syukur memiliki maqom lebih tinggi dari sabar, khauf, zuhud dan maqom-maqom lainnya.Â
Maqom ini bisa kita pahami sebagai sebuah upaya seorang hamba dengan penuh kesungguhan. Maqom adalah latihan yang dilakukan seorang hamba yang ingin memiliki kedekatan dengan Allah.Â
Betapa nilai syukur ini sangat tinggi di hadapan Allah bisa kita lihat sebesar apa ketakutan Rasulullah SAW sehingga diriya tidak mampu untuk menjadi orang yang bersyukur.Â
Dalam sebuah riwayat Hadis, Rasulullah SAW menangis ketika sedang melakukan sholat Tahajjud. Saat istri beliau, Aisyah RA bertanya:Â
"Apa yang menyebabkan Rasulullah menangis? Bukankah Allah telah mengampuni semua dosa-dosa masa lalu dan juga juga dosa-dosa yang akan daang wahai Rasulullah?"Â
Beliau malah menjawab dengan sebuah pertanyaan kepada dirinya sendiri, bahwa Rasulullah sangat takut tidak mampu menjadi hamba Allah yang bersyukur.Â
Rasulullah menjelaskan bahwa nanti pada hari kiamat Allah berseru kepada orang-orang yang memuji Allah agar bangkit. Maka bangkitlah mereka dan mereka diizinkan Allah untuk masuk surga.Â
Aisyah RA bertanya, siapakah orang-orang yang suka memuji itu? Lalu Rasulullah SAW menjawab bahwa orang-orang yang suka memuji  itu adalah orang-orang yang bersyukur.Â
Maqom bersyukur ini akan terus kekal ketika hamba-hamba itu sudah berada di Alam Barzah. Mereka sudah mendapatkan jaminan surga karena ketulusan dalam bersyukur.Â
Merekapun menutup setiap doa-doa mereka dengan ucapan Alhamdulillahi Robbil Alaamiin yang berarti Segala Puji hanya bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. Hal itu seperti tertera pada Al Quran Surat Yunus Ayat 10.Â