Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nasdem, PKB dan PKS akan Tinggalkan Anies Baswedan Usai Kalah di Pilpres?

23 Februari 2024   19:11 Diperbarui: 23 Februari 2024   19:19 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan, Capres yang diusung Nasdem, PKS dan PKB dalam Pemilu 2024 (Foto AP/Tatan Syuflana). 

Nasdem, PKB dan PKS adalah Tiga Parpol yang mengusung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai pasangan Capres dan Cawapres dalam Pemilu 2024 yang baru saja usai 14 Februari 2024 yang lalu. 

Mereka menawarkan jargon perubahan untuk persatuan dalam menjalankan program pemerintahan nanti saat Capres-Cawapres yang mereka usung jika menang dalam Pemilu. 

Tawaran program perubahan yang selama ini mereka kampanyekan membawa hasil. Hal itu dapat dilihat dari perolehan suara yang berhasil dirauf dalam pengumutan suara yang lalu. 

Dari data Real Count KPU, Pasangan Anies - Muhaimin berhasil meraih 24,06 persen berdasarkan data per Kamis 22 Feruari 2024 pukul 23.00 WIB. 

Walaupun perolehan suara mereka jauh tertinggal dari pasangan Prabowo-Gibran sebesar 58, 89 persen, tapi Anies dan Muhaimain unggul atas pasangan Ganjar-Mahfud MD yang hanya memiliki suara sebesar 17,05 persen. 

Berdasarkan data KPU di atas, suara yang sudah masuk mencapai angka sebesar 75,74 persen dari seluruh TPS di Indonesia. Artinya komposisi persentase tersebut kecil kemungkinan mengalami perubahan siginifikan. 

Hanya tinggal menunggu tahapan resmi dari KPU dalam hitung manual rekapitulasi dan menetapkan Capres-Cawapres Pemenang Pemilu 2024. 

Jelas dalam posisi seperti hasil di atas, maka Prabowo Subianto dan Gibran unggul atas semua pasangan calon lainnya dan besar kemungkinan merekalah yang menjadi kandidat kuat Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029. 

Walaupun saat ini sedang ramai dengan usulan dilakukannya pengusutan kecurangan Pemilu melalui Hak Angket di DPR, tetapi tahapan Pemilu akan berjalan terus. Apalagi saat ini DPR masih sedang masa reses. 

Usulan Hak Angket melalui DPR diinisiasi oleh Capres Ganjar Pranowo dari PDIP. Namun sebenarnya sosok Ganjar sebagai Capres tidak memiliki hak untuk mengusulkan Hak Angket yang menjadi ranah Parpol di DPR. 

PDIP sendiri  sebagai Parpol yang mencalonkan Ganjar sebagai Capres mereka belum membuka pernyataan apapun mengenai keinginan Capresnya untuk menjalankan Hak Angket di DPR. 

Itulah sebabnya dukungan parpol lain seperti Nasdem, PKS dan PKB masih belum mengemuka dengan gamblang. 

Bahkan ada suara dari Politikus PPP yang juga sebagai Ketua Majelis Kehormatan Partai, Zakarsih Nur, yang justru beliau menolak dilakukannya Hak Angket di DPR. 

Saat ini hampir semua parpol yang mendukung Capres di luar Koalisi Partai milik Prabowo Subianto, mereka masih melakukan pembicaraan intens sesama Ketum Parpol koalisi termasuk pada kubu Koalisi Parpol yang mencalonkan Anies sebagai Capres. 

Jika PDIP sudah resmi mengajukan usulan Hak Angket di DPR, maka bisa saja mereka mendukung usulan PDIP untuk melakukan upaya menjalankan Hak Angket, atau bisa saja tidak mendukung lalu menerima hasil Pemilu.   

Jika keputusan yang terakhir yang terjadi, maka tahapan berikutnya apakah koalisi-koalisi parpol di luar parpol pemenang Pilpres, akan menerima tawaran dari pihak Prabowo-Gibran untuk bergabung dalam Pemerintahan mereka? 

Mari kita simak kemungkinan tersebut. Dari koalisi yang mengusung Ganjar sabagai Capres, diprediksi hanya PDIP yang tegas menolak bergabung dengan Pemerintahan Baru. Sedangkan PPP tampaknya mau bergabung. 

Untuk koalisi Nasdem, PKS dan PKB yang mengusung Anies sebagai Capres, maka Nasdem dan PKB kemungkinannya besar untuk menerima tawaran Prabowo masuk dalam kabinetnya. 

Sementara itu bagi PKS ada dua kemungkinan yaitu bisa saja menerima karena faktor sosok Prabowo yang dulu pernah juga menjadi rekan koalisi Pilpres pada tahun 2019. Atau PKS justru menolak masuk dalam kabinet Pemerintahan Baru. 

Pada saat Nasdem, PKB dan PKS akhirnya gabung masuk dalam kabinet Pemerintahan Prabowo-Gibran, maka mereka telah meninggalkan Anies Baswedan. 

Sekaligus mereka meninggalkan jargon perubahan yang selama ini menjadi program andalan yang mereka tawarkan kepada Rakyat. 

Dunia politik di negeri ini anginnya seringkali berubah-ubah arah sehingga situasi parpol koalisi yang mendukung Anies Baswedan bisa saja pergi meninggalkannya. 

Jika hal itu terjadi maka Anies Baswedan kembali harus bisa berdamai dalam kesendirian karena dia faktanya tidak mempunya partai politik. 

Salam @hensa17. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun