Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu, Aku Rindu Bertemu

22 Desember 2023   03:55 Diperbarui: 22 Desember 2023   06:09 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Pixabay

Malam ini Ibu kembali berada ditengah-tengah keluarga besarnya di Bandung. Rupaya beliau masih ingin ikut gembira sehingga acara syukuran ulang tahunnya yang ke-81 tetap diadakan. Walaupun tidak pada hari H nya. 

Duduk menghadapi kue tart yang ada lilin berbentuk angka 81. Ketika Ibu meniup lilin ulang tahun itu dengan susah payah aku semakin prihatin dengan kondisi Ibu. 

Walaupun akhirnya lilin yang ditiup itu padam juga dan tepuk tangan kembali berkumandang seperti tahun lalu. 

Namun aku melihat wajah Ibu meski tersenyum bahagia, tidak terlihat pancaran cahaya dari matanya. Wajah Ibu seperti mulai meredup dan lelah.

Saat itu 60 tahun sudah aku mengarungi kehidupan ini bersama Ibuku. Teringat masa kecil dulu saat pertama Ibu mengajari membaca Al Quran. 

Begitu pula saat usia anak sekolah dasar, aku juga mulai diajarkan Ibu berpuasa. Puasa Dhuhur adalah puasa yang pertama diajarkan Ibu padaku yaitu puasa yang dilakukan hanya sampai bedug Dhuhur berbunyi. 

Tentu saja dalam agama tidak ada yang namanya puasa Dhuhur.  Paling tidak berlatih puasa Dhuhur telah membuat aku berani berpuasa sejak kecil. 

Bahkan akhirnya saat masih duduk dibangku SD, aku sudah terbiasa berpuasa penuh dibulan Ramadhan. 

Saat akan berbuka adalah saat yang paling bahagia terutama karena aku begitu sangat menikmati takjil dengan kolak pisang bercampur kolang-kaling buatan Ibu. 

Di acara ulang tahun Ibu yang ke 81 ini, aku masih memandang Ibu dengan penuh keprihatinan. 

Raut wajahnya yang sudah penuh dengan garis-garis keriput adalah bukti ketangguhan beliau membesarkan anak-anaknya menjadi orang-orang berjiwa besar, tangguh dalam mengarungi kehidupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun