Gubuk kecil itu hanya beberapa puluh meter saja dari gerbang Utara Dusun Suluh Hawu. Gubuk kecil itu berada di luar wilayah Dusun Suluh Hawu.
Hampir tidak terlihat keberadaan gubuk kecil itu karena ada di tengah rerimbunan pohon di pinggir hutan yang bernama Leuweung Hideung.
BACA AWAL CERBUNG INI: Ombak Putih Selat Sunda
Di sekitar gubuk kecil itu juga tidak ada satupun rumah yang jaraknya dekat sehingga gubuk itu benar-benar terpencil.
Setiap orang yang lewat di depan gubuk kecil itu tidak pernah memperhatikan bangunan kotor beralaskan tanah dan dinding-dinding bambu serta beratap ijuk dan daun kelapa kering.
Masyarakat sekitar juga tidak pernah memperhatikan dengan seksama kehadiran rumah panggung berupa gubuk kecil ini.
Apalagi keberadaannya persis di sisi hutan angker yang mereka sebut dengan Leuweung Hideung. Maka mereka semakin tidak mau menatap apalagi mendekat gubuk kecil itu.
Penghuni gubuk misterius itu sosok berperawakan kecil, berusia sekitar 70 tahun. Sudah tua tapi dia masih tampak bergerak lincah. Mungkin karena dia memiliki ilmu bela diri.
Wajahnya yang dingin tanpa rasa membawa wibawa dirinya bagi siapapun yang berhadapan langsung. Tatapan mata sosok ini tajam dengan kesan menyeramkan.
Dia adalah Mbah Beo. Begitu panggilan bagi mereka yang pernah mengenalnya. Mbah ini adalah orang asli Banten berasal dari kampung Cibeo. Mungkin itulah sebabnya panggilan akrabnya adalah Mbah Beo.
Anehnya hampir sebagian besar orang-orang yang mengenal Mbah Beo bukan penduduk di sekitarnya termasuk sebagian besar penduduk Dusun Suluh Hawu.