Kiai Furqon juga pernah bercerita banyak ilmu yang berasal dari pedalaman Gunung Karang di Pandeglang.
Terutama pada saat Banten masih ada dalam kekuasaan Raja-raja Hindu Pajajaran pada awal abad 16, sebelum pengaruh Islam datang dari Sunan Gunung Jati Cirebon.
Dari sana ilmu putih maupun ilmu hitam sama-sama kuat saling menjatuhkan. Suku-suku di lereng Gunung Karang dan di pedalaman menguasai ilmu-ilmu tersebut secara turun temurun.
Menurut Kiai Furqon sebagian ilmu yang sekarang dimiliki Bayu ada yang berasal dari pedalaman Gunung Karang itu.
Bayu tahu salah satu ilmu itu adalah telepati. Ilmu ini bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan guru atau dengan saudara seperguruan di padepokan.
Selain itu ilmu telepati juga bisa dipakai untuk melakukan serangan menghancurkan anasir jahat dari jarak jauh.
Bayu teringat sewaktu masih di Padepokan Bayusuci, sering kali diminta Kiai Furqon membantu menggunakan ilmu telepati untuk menghancurkan anasir-anasir jahat dari jarak jauh.
Namun pengalaman ini adalah pertama kalinya Bayu melakukan pengobatan secara langsung menghadapi Si Sakit yang ada di hadapannya.
Tidak lupa juga Bayu melakukan hubungan telepati kepada Kiai Fruqon pada Subuh tadi. Sehingga gurunya di Anyer Kidul itu tahu apa yang akan dilakukan murid kesayangan ini.
Arum dan suaminya, Jaka dengan setia menunggu pengobatan gaib yang dilakukan oleh Bayu Gandana.
Pemuda gagah itu duduk khusyu menghadapi sosok wanita yang tidak berdaya.