Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Antara Pesona Dua Wanita

17 April 2023   12:45 Diperbarui: 18 April 2023   17:44 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara 21 April 1879 (Foto Dok.Kompas).  

Bagi Anindia Nilajuwita, sosok Adzkia adalah wanita tangguh yang menjadi panutannya dalam hal ketegaran dan kesabarannya. 

Sebagai seorang istri, Adzkia, selain cantik, lembut juga sosok yang ramah senyum sebagai pancaran kecantikan dari dalam hatinya. 

Adzkia adalah sosok istri yang sempurna bagi Prasaja Utama. Pria ganteng ini yang semasa SMA dulu sangat dicintai Anindia secara diam-diam bahkan hingga sekarang, Anin tidak pernah berhenti merasakan cinta itu. 

Kesempurnaan Adzkia sebagai seorang istri tidak lengkap hanya karena dia tidak mungkin bisa memiliki momongan. Adzkia harus diambil rahimnya karena terkena kanker mulut rahim. Wanita rupawan itu harus menerima TakdirNya dengan ikhlas.

Baca juga: Ada Duka Menyapaku

Kesan paling dalam tentang Adzkia adalah begitu tabahnya wanita ini menghadapi kenyataan tersebut. Dia juga sangat tegar menghadapi setiap suasana di tengah keluarga besarnya. 

Anindia masih ingat ketika pertama kali Prasaja memperkenalkan istrinya, Adzkia. Wanita lembut nan ramah dengan aura kecantikannya, menyambut Anindia dengan hangat. 

Sebenarnya Anindia sendiri bagi Prasaja adalah sebuah obsesi dari masa lalunya. Wanita cantik ini dalam suatu kunjungan kerjanya ke Malang, sengaja menyempatkan untuk memenuhi undangan makan malam dari Prasaja.

Oleh karena itu Anindia masih menginap satu malam lagi sementara rekannya sudah kembali ke Jakarta. Makan malam ini Prasaja manfaatkan untuk sekedar ngobrol-ngobrol santai bersama Anindia. Mereka sudah membuat janji untuk bertemu di sana.

Loby Hotel Santika malam itu cukup ramai. Prasaja bersama Adzkia masih menunggu Anindia. Malam itu memang sengaja Prasaja mengajak istrinya untuk diperkenalkan kepada Anindia sambil makan malam bersama.

Baca juga: Pertemuan

Tidak lama menunggu akhirnya mereka melihat Anindia menuju meja tempat Prasaja dan Adzkia berada.

"Anin! Ini istriku. Adzkia! Ini Anindia." Kata Prasaja sambil memperkenalkan Adzkia kepada Anindia. 

"Bu Pras. Kenalkan saya, Anin!" kata Anindia tersenyum sambil menjabat erat tangan lembut Adzkia. 

Prasaja sempat melihat ada rasa takjub ketika Anindia memandang kecantikan istrinya. Adzkia memang wanita anggun bersahaja dengan pancaran mata yang memukau.

Tentu saja Anindia dan wanita manapun pasti kagum dengan kecantikan istri Prasaja ini. Adzkia adalah wanita yang sangat dibanggakan Prasaja, bukan hanya karena kecantikan lahirnya namun juga kecantikan jiwanya.

"Panggil saja Aya, Bu Anin!" Kata Adzkia sambil tersenyum.

"Saya juga jangan dipanggil Bu. Panggil Anin saja. Apalagi saya lebih muda dari mbak Aya." Kata Anin sambil tertawa.

"Iya baik, saya panggil Anin gimana?" Kata Adzkia masih sambil tersenyum menawan.

"Iya boleh Mbak Aya! Biar kita akrab," kata Anindia sambil matanya memandang Adzkia tidak berkedip karena terpesona.

Prasaja melihat ada sebersit rasa cemburu dalam hati Anindia dengan kecantikan Adzkia. Namun wanita ini dengan cepat berhasil menyembunyikan perasaan tersebut. 

Anindia sendiri harus jujur bahwa Adzkia adalah sosok wanita dengan kecantikan yang menawan. Sangat pantas jika Prasaja memilihnya menjadi istrinya. 

Dulu ketika SMA, Prasaja adalah kakak kelasnya di kelas 12. Sedangkan Anindia sendiri sekelas dengan adik bungsunya, Renata Utami di kelas 10. 

Prasaja usai lulus dari kuliah bekerja di sebuah perusahaan perkebunan komoditi gula. Saat ini dia sukses menjabat sebagai salah satu General Manajer Pabrik Gula. 

Anindia sering berkaitan kerja dengan bidang industri karena Anindia adalah seorang Staf Ahli di Kementerian Lingkungan yang mengawasi dan membina Industri yang ramah lingkungan. 

Bahkan karena ini pula momen pertemuan kembali dengan Prasaja Utama adalah karena berkaitan dengan pembinaan program industri ramah lingkungan. 

Anindia akhirnya juga bisa berkenalan dengan istri Prasaja, Adzkia Samha Saufa. Sosok yang saat kesan pertama saja bagi Anindia sudah membuat dirinya kagum. 

Sejak perkenalan malam itu, Anindia memang jarang sekali bertemu langsung dengan Adzkia. Mereka hanya saling berhubungan melalui ponsel. Mereka mengobrol dengan akrab seakan melepaskan kerinduan masing-masing. 

Kerap kali Anindia dengan sabar mendengarkan curahatan hati Adzkia tentang suaminya yang bernasib kurang beruntung karena tidak punya anak dari dirinya. 

Mendengar curatan hati ini, Anindia hanya mampu memberikan semangat kepada Adzkia yang selalu bercerita dengan isak tangisnya. Anindia sangat terharu dan hanyut dalam penderitaan Adzkia. 

Pada suatu momen ketika mereka berkesempatan bertemu langsung. Mereka bertiga, Prasaja, Adzkia dan Anindia, berbincang di ruang tengah Rumah Dinas peninggalan Belanda itu sambil menikmati makan malam.

Sangat akrab terutama sikap Adzkia yang sangat senang dengan kehadiran Anindia. Dua wanita ini sangat akrab berbincang.

Mereka seakan memiliki chemistry yang sama. Pembicaraan mereka sangat akrab, kadang diselingi dengan tawa gembira.

Sungguh tawa renyah dua wanita ini menghiasi suasana indah hati Prasaja. Entah bagaimana dia merasakan kegembiraan ketika Adzkia begitu akrab dengan Anindia.

Prasaja yang pendiam hanya bisa tersenyum mendengar topik pembicaraan dua wanita yang sangat dikaguminya ini.

Adzkia dan Anindia adalah wanita-wanita luar biasa yang bisa saling menghormati. Prasaja juga seakan mendapatkan kekuatan luar biasa dari dua wanita ini.

Kekuatan yang diluar nalarnya selama ini. Kekuatan yang membuat dirinya ingin membuat keputusan untuk menikahi Anindia Nilajuwita sehingga berdampingan dengan Adzkia Samha Saufa.

Sebuah upaya menghidupi dua istri dengan tantangan mewujudkan keadilan seakan sebuah tantangan berat. Tantangan bagi Prasaja yang sangat sulit dihadapinya.

Mungkin suatu hari hal itu bisa diwujudkannya. Suatu hari entah kapan. Sambil Prasaja mengumpulkan terlebih dulu kekuatan dalam dirinya untuk mampu berbuat adil.

Namun mampukah Prasaja berbuat adil? Sebuah pertanyaan yang mungkin sangat mudah dijawab. Namun sangat sulit untuk dilakukan.

Karena adil bagi Prasaja tampak seperti absur, ibarat jauh panggang dari api. Sangat jauh dari yang digambarkannya selama ini. Tidak mudah untuk dilakukan.

Adil adalah perbuatan sangat terpuji. Namun adil adalah perbuatan yang tidak mudah dilakukan siapapun.

Jika ada seseorang mampu berbuat adil maka itu adalah hal luar biasa. Sangat langka manusia bisa berbuat adil. 

Bahkan mungkin seorang Nabi pun butuh perjuangan untuk adil dalam menjalani poligami. Karena Nabi juga manusia.

Memang faktanya hanya Tuhan Yang Maha Adil tiada yang mampu setara denganNya.

Prasaja masih terpesona memandang dua wanita cantik di depannya. Dalam benaknya terpikir khayalan liar ketika dia teringat sosok Kartini yang bersedia menerima poligami. 

Ketika itu Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat menikahi Kartini atas permintaan istrinya, Sukarmilah. 

Sang Istri, sangat mengagumi Kartini dan pemikiran-pemikirannya sehingga meminta Ario Singgih menikahinya. Hal itu agar anak-anak mereka kelak mendapatkan pendidikan yang baik. 

Prasaja Utama sedang menghayal andai saja Adzkia memiliki pemikiran seperti Istri Bupati Rembang itu. RA Kartini saja akhirnya bersedia menjadi istri ke-4 sosok Bupati Rembang. 

Prasaja baru tersadar dari lamunan liar itu, ketika Adzkia memanggilnya. 

"Mas Pras. Ini Anin mau pamit!" Kata Adzkia. 

"Mas Pras. Aku pulang dulu ya." Suara lembut Anidia diiringi senyum. 

Prasaja hanya mampu mengangguk sambil memandang takjub. Lelaki ganteng ini masih bingung siapa yang jadi Sukarmilah dan siapa yang jadi Kartini. 

Jelas sudah bahwa Adzkia tidak pernah menjadi sosok Sukarmilah, istri Bupati Rembang. Begitu pula Anindia tidak mungkin menjadi sosok Kartini yang mau berpoligami. 

Salam bahagia @hensa17. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun