Adzkia dan Anindia adalah wanita-wanita luar biasa yang bisa saling menghormati. Prasaja juga seakan mendapatkan kekuatan luar biasa dari dua wanita ini.
Kekuatan yang diluar nalarnya selama ini. Kekuatan yang membuat dirinya ingin membuat keputusan untuk menikahi Anindia Nilajuwita sehingga berdampingan dengan Adzkia Samha Saufa.
Sebuah upaya menghidupi dua istri dengan tantangan mewujudkan keadilan seakan sebuah tantangan berat. Tantangan bagi Prasaja yang sangat sulit dihadapinya.
Mungkin suatu hari hal itu bisa diwujudkannya. Suatu hari entah kapan. Sambil Prasaja mengumpulkan terlebih dulu kekuatan dalam dirinya untuk mampu berbuat adil.
Namun mampukah Prasaja berbuat adil? Sebuah pertanyaan yang mungkin sangat mudah dijawab. Namun sangat sulit untuk dilakukan.
Karena adil bagi Prasaja tampak seperti absur, ibarat jauh panggang dari api. Sangat jauh dari yang digambarkannya selama ini. Tidak mudah untuk dilakukan.
Adil adalah perbuatan sangat terpuji. Namun adil adalah perbuatan yang tidak mudah dilakukan siapapun.
Jika ada seseorang mampu berbuat adil maka itu adalah hal luar biasa. Sangat langka manusia bisa berbuat adil.Â
Bahkan mungkin seorang Nabi pun butuh perjuangan untuk adil dalam menjalani poligami. Karena Nabi juga manusia.
Memang faktanya hanya Tuhan Yang Maha Adil tiada yang mampu setara denganNya.
Prasaja masih terpesona memandang dua wanita cantik di depannya. Dalam benaknya terpikir khayalan liar ketika dia teringat sosok Kartini yang bersedia menerima poligami.Â