Puasa bertahap itu awalnya berbuka pada waktu Dhuhur lalu kembali puasa hingga Ashar lalu berbuka. Kemudian lanjut hingga ikut berbuka puasa bersama pada waktu Maghrib.Â
Kegiatan malam hari selalu diisi dengan kegiatan Sholat Tarawih di Masjid bersama teman-teman. Begitu pula melaksanakan Sholat Subuh berjamah di Masjid.Â
Selain kegiatan ibadah tersebut ada juga kegiatan bermain usai sholat Subuh. Anak-anak biasanya pulang dari Masjid tidak langsung menuju rumah mereka.Â
Kami masih bermain misalnya bermain petasan atau petak umpet. Begitu pula nostalgia yang sangat berkesan adalah pada saat ngabuburit di pesawahan atau mandi di sungai.Â
Nostalgia Ramadan yang satu ini juga tidak akan pernah terlupakan. Rela bangun sahur lebih awal hanya untuk ikut keliling kampung membangunkan penduduk untuk makan sahur.Â
Bagi anak-anak masa itu ini adalah momen yang menyenangkan. Berkeliling bareng teman-teman penuh kebersamaan membangunkan penduduk agar tidak kesiangan makan sahur.Â
Masa-masa kecil yang penuh dengan nostalgia menjalani puasa dengan penuh gembira. Hal itu patut disyukuri karena kebetulan lingkungan keluarga dan masyarakat kampung dimana saya tinggal sangat mendukung dalam menjalankan puasa dengan taat.Â
Nostalgia tersebut selalu terkenang terutama ketika mengingat kembali semua petuah khususnya dari Almarhumah Nenek yang banyak memberikan pencerahan ilmu agama saat kecil dulu.Â
Tentu saja semakin beranjak dewasa pemahaman ilmu agama itu semakin jelas dan semakin mampu untuk menjalankannya. Saya sungguh bersyukur memiliki sosok Nenek yang menjadi Guru Spiritual masa kecil dulu.Â
Semoga Allah selalu memberikan perlindungan kepada Almarhum Nenek di Alam Barzah dan menempatkan pada tempat sebaik-baik tempat dan kemuliaan di Sisi Allah. Aamiin.Â
Salam bahagia @hensa.Â