Bahkan aturan baru pun sudah disiapkan bahwa pembatasan pengunjung untuk kawasan stupa candi Borobudur hanya sebesar 1200 pengunjung setiap harinya.Â
Dalam dua tahun terakhir ini sebenarnya kawasan stupa sudah ditetapkan sebagai kawasan tertutup selain tengah dilakukan renovasi juga pembatasan pengunjung dengan seleksi ketat.Â
Borobudur merupakan warisan agama budha terbesar di dunia yang dibangun pada sekitar tahun 780-840 masehi. Candi ini dibangun oleh Dinasti Sailendra sebagai tempat ziarah para penganut Budha.Â
Dikutip dari Kemendikbud.co.id (21/7/16) bahwa bangunan candi Borobudur didesain berdasarkan kepercayaan buddha dengan melambangkan alam semesta.Â
Jumlah stupa 73 buah dengan rincian 1 buah stupa induk, 32 stupa pada teras melingkar I, 24 stupa pada teras melingkar II, dan 16 stupa pada teras melingkar III.Â
Desainnya berbentuk kotak dengan 4 pintu masuk dan lingkaran sebagai titik pusat. Candi Borobudur terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian alam dunia dan alam nirwana.
Memiliki 3 zona yang melambangkan arti berbeda. Ke tiga zona tersebut yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, Arupadhatu. Hal menarik adalah Relief yang terdapat pada candi Borobudur. Relief tersebut merupakan rangkaian cerita yang bersifat epik pada zaman itu.Â
Dengan desain luar biasa dan makna-makna yang terkandung di dalamnya, sudah sepantasnya kita harus memelihara warisan nenek moyang kita dengan baik dan terencana.Â
Candi Borobudur selesai dipugar tetapi hal itu tidak berarti selesai sudah perawatan terhadap candi warisan berharga dari nenek moyang kita.Â
Karena selama ini dipastikan tidak pernah ada jaminan Candi Borobudur terbebas dari proses kerusakan dan pelapukan. Oleh karena itu kantor Balai Konservasi Borobudur selalu melakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan.Â
Balai Konservasi Borobudur selalu melakukan monitoring dengan beberapa kegiatan observasi yaitu observasi stabilitas batu candi, evaluasi struktur candi dan bukit, observasi geohydrologi, observasi sistem drainase, analisis mengenai dampak lingkungan.Â