Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ulang Tahun Zairina Denawanti

4 Desember 2021   07:30 Diperbarui: 4 Desember 2021   08:12 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Selamat pagi Hen!" Ucapan lembut pada momen pagi yang sejuk. Bukan hanya sekedar sapaan lembut juga dengan diiringi senyum manis gadis berambut panjang bernama Zairina Denawanti. 

Pagi itu ruangan kelas 3 IPA2 masih sepi. Hendarno sebagai Ketua Kelas harus selalu datang sepagi mungkin untuk memastikan teman-temannya yang piket bertugas dengan baik. Kebetulan Zairina hari itu bertugas piket sehingga bertemu Hendarno.  

"Hen, nanti malam Minggu, kamu bisa datang di pesta ulang tahunku ya." Ajak Zairina. 

"Iya Rin. Tapi gak janji ya." 

"Gak usah janji. Kamu datang aja gak pake janji gak apa-apa," suara Zairina dengan suara menggoda diirngi senyumnya yang selalu manis di hati Hendarno. 

BACA JUGA : Puisi: Kesendirian di Tengah Keheningan Dini Hari. 

Sejak SMP sebenarnya Hendarno sangat terkesan kepada Zairina, putri tunggal dari Kepala Polisi di Kotanya. Namun hingga kelas tiga SMA ini dirinya masih belum berani "nembak" gadis berparas cantik berpostur semampai itu. 

Zairina bukan hanya cantik tetapi dia juga siswa yang pintar. Prestasinya di kelas selalu bersaing dengan Hendarno terutama pada pelajaran Matematika. 

Hendarno masih merasakan keraguan mengemukakan perasaannya kepada Zairina. Pemuda itu hanya sekedar tahu diri saja dari mana dirinya berasal. 

Ayah Hendarno hanya seorang pegawai di Kecamatan dan Ibunya sosok seorang Guru SD, jabatan yang biasa saja. Sementara Zairina anak gadis petinggi Kepolisian di Kotanya. Perbandingan strata yang sangat jomplang. 

Selain itu, Hendarno juga tahu selama ini dia memiliki pesaing serius untuk mendapatkan cinta Zairina. Seorang mahasiswa yang kuliah di Bandung bernama Boyke yang juga putra seorang anggota DPR di Kotanya. 

Boyke tentu saja memiliki peluang lebih besar dibandingkan dirinya untuk mendapatkan hati Zairina Denawanti. Begitu pula orang tua mereka yang memliki level jabatan yang seimbang. 

"Hai Hen! Kok neglamun. Datang ya!" Suara Zairina mengagetkan Hendarno dari lamunannya.  

"Iya Rin. Oke nanti aku datang," suara Hendarno terdengar ragu. Zairina hanya tersenyum melihat kegugupan Hendarno. 

Hari semakin siang dan murid-murid sekolah menengah atas yang berada di Jalan Wahidin Sudiro Husodo itu mulai berdatangan. 

Sementara Kota Cirebon pada bulan Desember ini selalu diliputi mendung di setiap paginya. Namun justru membuat suasana sejuk menyelimuti udara Kota Udang ini yang biasanya selalu panas karena berada di pesisir Utara. 

Pulang sekolah siang itu ternyata hujan turun membasahi bumi. Zairina tidak perlu khawatir karena setiap hari dia diantar jemput oleh ajudan Ayahnya dengan mobil. Sedangkan Hendarno terpaksa harus menunggu hujan reda di tempat parkir sepeda motor. 

Sabtu pagi  itu malah Hendarno melihat Zairina diantar ke sekolah oleh Boyke. Dia melihat gadis itu turun dari mobil yang dikemudikan Boyke. 

Hendarno berfikir hari ini kan ulang tahun Zairina yang pestanya akan berlansung malam Minggu nanti. Tentu saja Boyke khusus datang untuk merayakan ulang tahun Zairina. 

Pemuda itu hampir saja memutuskan untuk tidak hadir dalam acara ulang tahun Zairina. Dia tidak ingin mengganggu kebahagiaan Zairina dan kekasihnya, Boyke. 

Namun ketika Hendarno kembali diingatkan untuk datang malam Minggu itu, dirinya tidak mampu menolak permintaan Zairina. 

Malam Minggu yang cerah ini menemani Hendarno meluncur dengan sepeda motor Jepang itu menuju Jalan Mukedas di mana Zairina tinggal. 

Rumah yang besar dengan halaman yang luas. Hendarno disambut Zairina di teras dan diajak masuk. Di dalam ruangan itu sudah banyak juga tamu-tamu undangan termasuk teman-teman sekelasnya. 

Hendarno berusaha mencari sosok Boyke di antara para tamu tersebut. Ternyata Boyke duduk di deretan kursi untuk keluarga Zarina. Di sana ada juga Ayah dan Ibu Zarina. 

Mungkin Boyke sudah resmi jadi tunangan Zairina, pikir Hendarno. Dan...pada momen ulang tahun ini bisa saja diumumkan pertunangan tersebut di depan para tamu. 

Hendarno merasa kehilangan harapan dan pemuda itu begitu pasrah menghadapi kenyataan ini. Di tengah pesta ulang tahun Zairina yang meriah itu, hati Hendarno terasa sepi dan hampa. 

Tidak terlalu malam, perayaan ualng tahun itupun usai. Para tamu sudah meninggalkan tempat perayaan termasuk Boyke bersama kedua orang tuanya. 

Sebenarnya Hendarno sudah sejak tadi berpamitan tetapi Zairina menahannya dengan sungguh-sungguh sehingga membuat pemuda ini tak bisa berbuat apa-apa. 

Di teras rumah kedua remaja itu berbincang serius tapi santai. Zairina merasakan bahagia dengan kehadiran Hendarno. 

"Hen terimakasih sudah hadir dalam acara ulang tahunku." Suara gadis cantik itu pelan dengan tatapannya yang teduh. 

"Sama-sama Rin. Senang bisa hadir di sini. Tadinya saya kira mau megumumkan pertunanganmu juga?" Tanya Hendarno menyelidik. 

"Pertunanganku dengan siapa?" Tanya Zairina sambil tersenyum menggoda. 

"Dengan Boyke!" Suara Hendarno bergetar. Zairina kembali tersenyum sambil memandang pemuda pemalu itu. 

"Hen! Boyke itu saudara sepupuku dari pihak ayah. Dia bukan calon tunanganku." Suara Zairina begitu lembut terdengar di telinga Hendarno. Tetiba ada rasa lega dalam hati pemuda itu. 

Zairina kemudian memegang kedua tangan Hendarno. Mereka berbincang serius membicarakan masa depan yang penuh dengan keindahan dan kebahagiaan. Zairina pun akhirnya meneteskan air mata haru dalam pelukan hangat Hendarno. 

*****

Pada Desember Tahun 2021 ini, Aku masih termangu tepat pada hari ulang tahunnya di depan SMA di Jalan Dr Wahidin Sudiro Husodo itu. Sekolah tempat pertama kalinya cintaku bersemi 46 tahun yang lalu.   

Zairina Dewanti adalah gadis yang berhasil menumbuhkan cintaku semakin subur dan bersemi. Sebulan yang lalu wanita pujaanku itu telah wafat karena Covid 19 dan komplikasi dengan komorbid yang dijangkitnya. Selamat jalan Zairina. 

@hensa. 

Keterangan : Cerpen ini hanya fiktif belaka tidak ada hubungannya dengan nama atau tempat manapun. Jika ada nama dan tempat yang sama itu hanya kebetulan. Dengan judul yang sama pernah ditayangkan di Secangkir Kopi Bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun